[caption caption="Dam Jagir, warisan Belanda, pengendali banjir mestinya berpotensi jadi pembangkit listrik mikro"][/caption]
Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah ruah. Kekayaan alam Indonesia itu bisa berupa wilayah daratan (bumi) dengan segala isinya juga perairan (air) dengan berbagai potensi yang tak kalah besarnya. Potensi kekayaan alam berupa perairan seperti laut, sungai dan danau selama ini hanya dimanfaatkan rakyat untuk memenuhi kebutuhan akan perikanan sebagian lagi untuk energi listrik. Untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam hal ini telah membangun banyak pembangkit listrik yang tersebar di berbagai penjuru tanah air.
Pembangkit listrik milik PLN itu banyak yang menggunakan bahan bakar berupa minyak bumi (solar) dan batu bara. Bahan bakar pembangkit listrik berupa minyak bumi dan batu bara suatu saat cadangannya akan semakin berkurang bahkan bisa habis. Untuk mengatasi hal itu, jauh-jauh hari PLN telah mengembangkan pembangkitnya dengan menggunakan tenaga air yang dinamakan Pembangkit Listrik Tenaga Air atau yang biasa disingkat dengan PLTA.
Sudah banyak PLTA terutama yang berskala besar yakni yang kemampuan menghasilkan energi listriknya lebih dari 100 mega watt yang didirikan PLN di berbagai penjuru tanah air. Namun masih saja belum mencukupi kebutuhan rakyat akan listrik. Buktinya, tak sedikit daerah-daerah terutama yang terpencil yang belum menerima pasokan energi listrik itu.
[caption caption="Inilah salah satu sudut Waduk Selorejo"]

[caption caption="Papan bertuliskan PLTA Selorejo"]

Sekitar 30 sampai 40 persen kebutuhan akan listrik di dunia ini dipasok dari pembangkit listrik bertenaga air (PLTA). Memperhatikan jumlah persentase yang cukup besar itu membuktikan kalau energi listrik dari tenaga air begitu besar peranan dan kontribusinya bagi penyediaan kebutuhan akan listrik di muka bumi ini. Oleh sebab itu sumber daya air harus dikelola secara benar agar menghasilkan tenaga untuk pembangunan proyek pembangkit listrik.
Mengelola air agar menghasilkan tenaga untuk pembangkit listrik memang bukan perkara yang sederhana. Perlu studi mendalam dan butuh waktu yang cukup lama untuk mengamati apakah sungai atau danau itu layak dikelola menjadi sumber pembangkit listrik. Banyak proyek PLTA berskala besar yang telah dibangun di negeri ini setidaknya menggoreskan cerita sedih. Pembebasan lahan warga dan perusakan lingkungan sangat mungkin terjadi akibat dibangunnya proyek PLTA itu.
Kita sering mendengar atau bahkan melihat langsung di berbagai daerah telah didirikan PLTA berskala kecil atau mikro dengan daya berkapasitas 5 hingga 15 kilo watt yang biasa disebut PLTA mikro hidro. Orang kemudian membangun waduk atau dam (pintu) air untuk menampung dan mengelola air sungai juga danau yang ada. Seperti kita ketahui bersama air di muka bumi ini merupakan sumber energi terbarukan yang tak pernah habis, selalu berkelanjutan.
[caption caption="Waduk Selorejo selain destinasi juga jadi PLTA"]

PLTA mikro hidro sangat mungkin diterapkan untuk membantu memenuhi kebutuhan listrik warga yang ada di pelosok-pelosok daerah karena mudah diterapkan, tidak memerlukan biaya banyak dan perawatannya juga tidak sulit. Beberapa komponen penting pada pembangkit berskala mikro diantaranya : turbin, generator AC dan penghubung turbin yang bisa berupa : belt (sabuk), gear (roda bergerigi) atau poros langsung.
Secara sederhana cara kerjanya ialah turbin menerima energi potensial dari air sungai atau air terjun. Akibat energi potensial itu menyebabkan turbin berputar hingga menghasilkan energi mekanis. Turbin kemudian dihubungkan dengan generator AC hingga akhirnya menghasilkan energi listrik yang bisa dinikmati masyarakat.
[caption caption="Dam Jagir selain destinasi juga berpotensi sebagai pembangkit listrik mikro"]

Meski pembuatan PLTA mikro hidro cukup mudah tapi tidak semua sungai bisa dimanfaatkan potensinya untuk pembangkit listrik tenaga air berskala mikro itu. Bendungan, waduk atau dam dirancang sedemikian rupa hingga diperoleh tinggi terjun efektif air dan debit air yang cukup besar dan produktif. Debit air pada dasarnya menggambarkan jumlah air yang mengalir melalui penampang melintang sungai setiap satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik. Selain itu informasi tentang debit air sebuah sungai sangat penting sebelum merencanakan pendirian bangunan bendung atau dam.
Sebelum mendirikan PLTA berkapasitas mikro perlu analisis mengenai ketersediaan air. Upaya yang dilakukan adalah dengan membandingkan kebutuhan air total untuk PLTA mikro dengan ketersediaan air, dari situ akan diketahui kelebihan atau kekurangan (defisit) air pada setiap bulannya, saat ini atau di waktu yang akan datang. Analisis ketersediaan air juga sebagai cara mengamati data aliran sungai atau curah hujan dengan debit andalan pada musim kemarau (Bulan Juni sampai September) berkisar antara 80% - 90% agar PLTA mikro yang dibangun berfungsi dengan baik.
Bendungan atau Dam Berpotensi Sebagai PLTA Mikro
Banyak bendungan di Indonesia khususnya Jawa Timur berpotensi sebagai PLTA berkapasitas kecil dan mikro. Sebagian sudah difungsikan sebagai PLTA untuk memenuhi kebutuhan listrik rakyat sebagian lagi belum difungsikan sebagai PLTA padahal sebenarnya berpotensi dijadikan pembangkit listrik meski berskala mikro.
Beberapa bangunan bendung atau pintu air yang secara fisik memungkinkan untuk dikembangkan sebagai PLTA mikro sampai kecil tapi hingga kini fungsinya hanya sebatas pengendali banjir, penyedia air baku untuk proyek air minum daerah (PDAM) atau untuk irigasi (pengairan) lahan persawahan di sekitarnya.
[caption caption="Bendungan Gunung Sari Surabaya"]

[caption caption="Bendungan Gunung Sari Surabaya dari sudut lain"]

Di Kota Surabaya misalnya, ada bendungan dan pintu air (dam) yang secara fisik bangunannya terlihat besar di samping itu mungkin debit andalan airnya juga memenuhi syarat untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai PLTA minimal berkapasitas mikro. Kita bisa melihat bendungan itu di kawasan Gunung Sari Surabaya. Sedangkan pintu air atau dam berada di Jalan Jagir Wonokromo Surabaya. Kedua bangunan bendung itu dikelola oleh sebuah BUMN bernama Jasa Tirta I.
Waduk di Atas Gunung Sebagai PLTA Kecil
Bila kita berkunjung ke kawasan Ngantang, Pujon-Malang, di kawasan itu kita akan menemukan Waduk Selorejo yang indah. Waduk Selorejo merupakan destinasi yang sangat kondang di Kota Malang. Waduk itu juga difungsikan sebagai proyek PLTA berkapasitas kecil, tepatnya 4,5 mega watt. Meski kapasitasnya tergolong kecil namun PLTA yang ada di waduk itu mampu mensuplai energi listrik untuk sebagian masyarakat Kota Malang.
PLTA Selorejo diresmikan penggunaannya pada tahun 1973. PLTA itu dirancang dengan menggunakan tenaga yang berasal dari air sumber pegunungan Anjasmoro, Argowayan dan Sungai Konto.
Air Terjun Berpotensi Sebagai Pembangkit Listrik
Kawasan Malang di Jawa Timur selama ini memang dikenal sebagai kota wisata. Banyak objek wisata alam di kota itu, salah satunya berupa air terjun yang oleh masyarakat setempat dinamakan cuban atau coban. Ada banyak air terjun di Kota Malang, barangkali termasuk kota yang memiliki kekayaan alam berupa air terjun paling banyak di Jawa Timur atau bahkan mungkin di Indonesia. Secara teknis air terjun juga memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik minimal yang berkapasitas mikro.
Pembangkit listrik berkapasitas mikro sampai kecil mungkin saja dikembangkan dengan memanfaatkan energi potensial air terjun. Di Kota Malang sendiri ada puluhan air terjun yang siap dijadikan pembangkit listrik mikro. Bukan tidak mungkin dengan dibangunnya pembangkit-pembangkit listrik mikro itu akan memenuhi kebutuhan listrik secara nasional.
Melihat potensi alamnya (tenaga air) yang luar biasa itu, memungkinkan Indonesia sebagai negara yang mandiri di sektor energi. Sebenarnya negara yang kini sedang menggalakkan revolusi mental itu mampu memenuhi kebutuhan energi seluruh rakyatnya termasuk kebutuhan akan listrik. Salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh ialah dengan mendayakan kembali pembangkit-pembangkit berkapasitas mikro. Sebab justru dari pembangkit listrik berskala mikro itu diharapkan mampu mendukung pembangkit listrik berkapasitas besar yang selama ini menjadi prioritas utama.
Bahan Bacaan :
01. http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/03/30/819/mengintip.plta.selorejo
02. http://digilib.unila.ac.id/7615/17/BAB%20II.pdf
03. http://www.jasatirta1.co.id/haspem.php?subaction=showfull&id=1191735761&archive=&start_from=&ucat=5&
04. http://www.kompasiana.com/mawan.sidarta/keren-pintu-air-anti-banjir-warisan-tentara-tar-tar-hanya-ada-di-Â surabaya_551f5cf0813311612c9df29f
05. http://www.kompasiana.com/mawan.sidarta/selorejo-bukan-waduk-biasa_552e4e956ea8349d428b4569
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI