[caption caption="Kalkun jantan di objek wisata Gua Akbar Tuban"][/caption]
Ayam kalkun sering kita temukan di tempat-tempat wisata atau taman kota karena hewan bangsa unggas itu memiliki motif bulu berwarna-warni dan menarik. Dipelihara di tempat-tempat itu agar menambah daya tarik taman wisata yang ada.
Ayam kalkun yang sebagian orang menyebutnya sebagai ayam Belanda (the turkey bukan negara Turki) ternyata memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan ayam bukan ras (buras) atau ayam kampung biasa.
Setahun atau dua tahun lalu saya sempat mengecek harga sepasang induk kalkun di pasar burung Jalan Diponegoro Surabaya, saat itu harganya mencapai 500 ribu rupiah sepasangnya.
[caption caption="Sepasang kalkun muda yang saya lihat di pasar unggas Diponegoro Surabaya"]
Sepasang indukan ayam kampung biasa harganya paling hanya 150 ribu. Kini sepasang indukan kalkun harganya bisa mencapai 850 ribu sampai sejuta rupiah.
Saya juga pernah menyaksikan tayangan televisi tentang budidaya ayam kalkun di daerah Temanggung, Jawa Tengah. Kata peternaknya, untuk ayam kalkun anakan saja seekornya harga jualnya mencapai 50 sampai 60 ribu rupiah sedangkan untuk ayam kampung biasa paling hanya 5000 rupiah harga perekornya.
Harga daging ayam kalkun sekilonya kini berkisar antara 50 hingga 60 ribu rupiah. Dari informasi di atas dapat disimpulkan kalau ayam kalkun mempunyai harga jual yang lebih tinggi ketimbang ayam kampung biasa.
[caption caption="Kandang bambu sederhana"]
Beberapa sumber di internet menyebutkan kalau daging ayam kalkun memiliki nilai gizi yang tak kalah bagusnya dengan ayam kampung biasa atau famili hewan unggas (aves) lainnya.
Bila sebagian orang enggan mengonsumsi daging karena kandungan kolesterol yang tinggi maka daging ayam kalkun termasuk yang rendah kandungan kolesterolnya. Selain itu dagingnya tidak berbau anyir (amis) seperti bau daging unggas pada umumnya.