[caption caption="Tumpukan bata purbakala di Situs Suwaluh, Balungbendo - Sidoarjo"][/caption]Desa Suwaluh, Balungbendo - Krian - Sidoarjo menyimpan misteri yang hingga kini belum terungkap. Berita yang santer terdengar hingga saat ini, ada sebuah tempat yang oleh masyarakat desa setempat dinamakan Pelawangan konon di tempat itu dulu merupakan tempat bermukim masyarakat kuno.
Belum jelas seperti apa kehidupan orang-orang jaman dulu yang pasti sebagian jejaknya bisa kita saksikan hingga saat ini. Sebagian lagi benda temuan yang berserakan di sekitar situs kini tersimpan secara rapi di ruang kepala desa.
Kata Pak Mulyono, kepala dusun (Kasun) Suwaluh Selatan benda-benda purbakala yang ditemukan berupa tembikar, pecahan-pecahan keramik jaman dulu. Sejak ditemukan tumpukan bata purbakala dua tahun silam hingga siang tadi (10/12/2015) belum diketahui secara pasti wujud yang sebenarnya dari jejak purbakala itu.
[caption caption="Bata purbakala dari sisi lain"]
[caption caption="Hutan bambu Pelawangan tempat situs berada"]
[caption caption="Pohon randu tua di dekat situs"]
[caption caption="Mulyono, Kasun Suwaluh Selatan"]
“Sebenarnya Situs Suwaluh sudah pernah ditinjau oleh Dinas Purbakala Trowulan” ungkap Mulyono, Kasun Suwaluh Selatan tempat di mana situs kuno berada.
Ketika ditanya mengapa belum ada tindak lanjut dari BPCB (Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya) Trowulan atau dinas terkait sehubungan dengan ditemukannya tumpukan bata dan beberapa batu andesit yang dipercaya sebagai warisan masyarakat dulu, Mulyono hanya menjawab bahwa situs purbakala di desanya itu tergolong skala kecil sehingga tidak mudah bagi pemerintah untuk mengucurkan dana guna proses eskavasi (penggalian/pengangkatan) lebih lanjut.
“Soal keaslian tumpukan batu bata purbakala memang sudah diakui BPCB Trowulan” lanjut Mulyono saat saya temui siang tadi.
[caption caption="Nisan makam kuno dekat tumpukan bata dan pohon randu tua"]
[caption caption="Nisan kuno dari batu andesit"]
[caption caption="Seperti alu dan lumpang dari batu andesit yang ditemukan di dekat situs"]
Sepintas bila diperhatikan tumpukan batu bata di Desa Suwaluh itu mirip dengan jenis bata purbakala yang ada di kompleks percandian Kecamatan Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit kala itu. Di sekitar tumpukan batu bata juga terlihat nisan kuno yang terbuat dari batu andesit.
Saat saya berkunjung ke sana siang tadi suasana benar-benar sepi. Ada perasaan sedikit takut saat menuju lokasi situs. Tak ada siapapun di hutan itu kecuali saya. Belum lagi nyamuk-nyamuk hutan yang dengan buasnya menggigit badan saya membuat saya tak bisa berlama-lama di lokasi situs yang belum terkuak itu.
Beberapa pohon randu yang berusia tua semakin menambah angker suasana situs meski pada siang hari sekalipun. Situs Suwaluh oleh masyarakat setempat dinamakan juga Situs Pelawangan, yakni sebuah tempat yang sebenarnya merupakan hutan bambu yang hingga kini dibiarkan lestari sementara di sekitarnya mulai dijadikan lahan pertanian oleh warga desa.
[caption caption="Sumur windu, sumur kuno di dekat tumpukan bata purbakala"]
[caption caption="Batang kayu ala kadarnya menuju Situs Pelawangan"]
“Tak jauh dari tumpukan bata juga ditemukan makam kuno” kata Mulyono.
Sebagian lagi bata purbakala terlihat berserakan. Tak jauh dari tumpukan batu bata yang berserakan itu ditemukan sumur kuno yang oleh masyarakat desa dinamakan sumur windu. Sayangnya bata pembatas/tepi lubang sumur sebagian besar telah rusak/roboh. Selain tumpukan bata dan sumur, di dalam Situs Pelawangan juga ditemukan batu andesit yang sepintas bentuknya mirip alu dan lumpang (alat penumbuk padi atau bahan lain).
“Meski dinilai berskala kecil, Situs Pelawangan diperkirakan merupakan jejak peradaban masyarakat di masa Majapahit” tukas Mulyono.
Saat awal ditemukan Situs Pelawangan ramai dikunjungi orang. Bahkan ada beberapa kelompok relawan dari luar desa yang berbaik hati ingin membantu pemerintah desa untuk mengelola situs agar lebih bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.
“Sayangnya hingga kini pengelolaan itu tidak berlangsung lama” pungkas Mulyono.
[caption caption="Balai Desa Suwaluh"]
Situs purbakala apalagi yang bernilai sejarah seberapapun tingkat skalanya baik itu kecil atau yang besar harusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah atau dinas yang terkait minimal ada upaya pemeliharaan sekecil apapun upaya itu.
Tidak malah dibiarkan merana, tergerus jaman. Sebagian jejaknya terlanjur terkuak dengan ditemukannya benda-benda purbakala tadi. Tak ada alasan untuk menguburnya kembali meski situs dinilai berskala kecil seperti diungkapkan Mulyono sang Kasun Suwaluh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H