Tak disangka Pak Bandi yang sejak tahun 2002 hingga saat ini menekuni profesi sebagai petani kecil Desa Driyorejo, Gresik-Jawa Timur itu sebelumnya malang melintang sebagai sopir truk jurusan Jakarta-Bali. Sejak tahun 90-an ia menekuni karier sebagai driver (pengemudi) truk, mengingat usianya semakin bertambah Pak Bandi banting stir, menekuni pekerjaan bertani.
“Anak-anak saya nggak setuju kalau saya terus-terusan jadi sopir” cerita Pak Bandi mengisahkan masa lalunya.
Ia sadar bahwa membawa kendaraan besar dengan rute jarak-jauh jelas butuh stamina prima. Di usia senjanya itu ada saja yang ia keluhkan, penglihatannya yang sudah kabur, badannya yang sering sakit-sakitan.
Hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan yang selama ini menghidupi keluarganya. Pernah suatu ketika, tepatnya pada tahun 2011 ia harus menjalani operasi berat karena lambungnya bocor akibat terlalu banyak minum obat.
“Biaya operasi penyakit saya tidak sedikit dik, sekitar 57 juta rupiah waktu itu” ungkap Pak Bandi saat saya temui di lahan tanamannya.
Ia bersama keluarganya sempat pontang-panting dengan keputusan sang dokter. Waktu itu ia hanya diberi tenggang waktu 6 jam. Bila tak segera dioperasi lambungnya yang bocor itu akan merenggut nyawanya. Setelah bermusyawarah disetujui menjual rumah yang selama ini menaungi mereka untuk biaya berobat Pak Bandi.
“Alangkah sedihnya hati kami tapi gimana lagi dik, lambung saya harus segera dioperasi, ada rumah ya dijual saja” tutur Pak Bandi dengan nada pilu.
Sejak saat itu ia kapok dan lebih berhati-hati dengan kesehatannya. Kedua anaknya menyarankan agar Pak Bandi bekerja tak terlalu berat. Tak perlu memforsir diri seperti saat menjadi sopir dulu.
Tak jauh dari tempat tinggalnya ia memiliki sebidang lahan yang tak begitu luas, nah di sanalah setiap pagi dan sore ia bercocok tanam untuk menghidupi keluarganya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H