[caption caption="Inilah kacang lento itu"][/caption]
Kemarau panjang seperti sekarang ini dihadapi Pak Bandi dengan lapang dada. Betapa tidak, di saat para petani dari daerah lain kesulitan mendapatkan air untuk irigasi maka Pak Bandi tenang-tenang saja.
Ia tetap bisa bercocok tanam secara normal dengan mengandalkan air selokan warga perumahan yang berada tak jauh dari lahannya. Di dekat lahannya terdapat kolam penampungan air buangan warga perumahan. Dengan air limbah rumah tangga yang sudah diendapkan beberapa lama itulah ia mengairi petak-petak lahannya sekaligus menyirami tanamannya.
Banyak tanaman berumur pendek (genjah) dibudidayakan di lahannya. Salah satunya dari jenis kacang lento. Maksudnya kacang yang digunakan untuk penganan bernama lento yakni semacam perkedel pelengkap kuliner lontong balap Surabaya.
[caption caption="Tanaman kacang lento di lahan"]
[caption caption="Tanaman kacang lento yang dibudidayakan menggunakan para-para (Jawa = anjang-anjang)"]
Kacang lento dipanen pada umur 2 bulan. Umur 45 hari sejak tanam benih, tanaman sudah berbuah. Pada saat berumur 60 hari kacang lento sudah bisa dipanen. Umur panen memang tak berbeda nyata dengan kacang hijau.
Tanaman kacang lento tumbuh merambat. Sebagian petani memasang kayu para-para (Jawa = anjang-anjang) agar tanaman bisa merambat pada tiang para-para. Tapi tak sedikit petani yang menanamnya dengan menebarkan di lahan secara langsung, tanpa para-para.
Hanya jarak tanamnya saja yang lebih lebar daripada bertanam kacang hijau hal itu agar lebih leluasa dalam tumbuh-kembang dan optimal dalam penyerapan zat hara. Pak Bandi dan para petani di desanya lebih condong menerapkan cara bertanam kacang lento tanpa para-para itu.
[caption caption="Membasahi lahan sampai gembur sebelum tanam"]
[caption caption="Membantu sang suami mengumpulkan hasil panen kacang lento"]