Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hijaukan Lahan Sempit dengan Kacang Hijau

20 November 2015   14:09 Diperbarui: 23 November 2015   05:43 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Biji kacang hijau "][/caption]

Beberapa waktu yang lalu hujan untuk pertama kalinya membasahi sebagian wilayah Indonesia. Setelah hujan deras di hari itu ibu kota Jakarta sempat tenggelam oleh banjir. Beberapa kawasan di Jakarta, tinggi air banjir bisa mencapai lutut orang dewasa hingga sampai beberapa meter.

Seminggu kemudian hujan tidak turun lagi. Suasana panas dan gerah akibat kemarau yang berkelanjutan mulai kita rasakan kembali hingga saat ini. Keluar rumah sebentar saja, padahal belum terlalu siang, gaharnya sinar matahari sangat terasa menyengat kulit kami.

Konon menurut pemahaman (keyakinan/kepercayaan) sebagian masyarakat Jawa, kalau hujan yang turun beberapa waktu lalu itu ternyata bukan terjadi di malam Jum’at Legi maka musim kemarau masih lebih lama lagi. Ada yang bilang baru masuk rendeng (musim hujan) pada pertengahan atau bahkan akhir Desember 2015 nanti.

[caption caption="1 polong bisa berisi 8-12 butir kacang hijau"]

[/caption]

Musim hujan atau kemarau bagi sebagian petani Gresik, Jawa Timur khususnya yang punya lahan di Kecamatan Driyorejo tidak jadi masalah serius. Mereka toh tetap bisa bertani secara normal. Pasalnya pasokan air untuk irigasi bisa mereka peroleh dari tampungan air buangan (selokan) warga perumahan.

Pak Bandi salah satunya, ia bersama beberapa petani lainnya mencoba membuat kolam penampung air selokan warga perumahan. Air limbah rumah tangga itu diendapkan beberapa lama, tidak langsung disiramkan ke tanaman atau dialirkan ke petak-petak sawah.

Mendiamkan beberapa lama di kolam penampungan bertujuan agar terjadi proses dekomposisi, bahan-bahan tertentu yang terkandung dalam air selokan itu akan terurai hingga lebih siap diserap oleh akar tanaman di sawah.

[caption caption="Kacang Hijau yang siap dipanen"]

[/caption]

“Kacang hijau menjadi salah satu tanaman genjah yang cocok untuk kemarau seperti sekarang” terang Pak Bandi.

Selain sawi, bayam, kangkung dan kenikir, tanaman kacang hijau juga terlihat di lahan milik Pak Bandi. Tanaman kacang hijau termasuk yang berumur pendek (genjah).

“Dulu tanaman kacang hijau baru bisa dipanen pada umur 4 bulan tapi sekarang umur 2 bulan saja sudah bisa panen” lanjut Pak Bandi.

Ia bahkan tidak tahu nama dari kacang hijau yang biasa ia tanam. Tapi sempat menyebut nama kacang hijau itu dari jenis “PB” (bukan singkatan Peta Baru lho!).

[caption caption="Petak lahan yang tak begitu luas dimanfaatkan untuk budidaya kacang hijau"]

[/caption]

[caption caption="Hand tracktor"]

[/caption]

Seperti pada teknik budidaya tanaman berumur pendek lainnya, sebelum memasukkan biji kacang hijau ke dalam lubang tanam, lahan terlebih dulu diolah, karena lahan milik Pak Bandi tak terlalu luas maka ia hanya perlu mencangkulnya saja, tak perlu menggunakan bajak sapi atau hand tracktor yang membutuhkan biaya sewa lebih mahal.

Tanah yang sudah diolah disirami air tampungan warga perumahan hingga menjadi gembur. Besuknya dilakukan pembuatan lubang tanam dengan gejik sekaligus memasukkan biji kacang hijau ke dalam lubang tanam yang sudah dibuat.

Kata Pak Bandi, satu lubang tanam bisa berisi 5-6 butir kacang hijau. Tapi bagi petani (praktisi) di lapangan tidak ada patokan soal jumlah biji yang dimasukkan dalam lubang tanam itu. Kadang hanya dikira-kira saja yang penting jangan terlalu banyak dan efisien dari segi waktu.

[caption caption="Salah satu merek herbisida yang digunakan Pak Bandi"]
[/caption]

Umur 40 hari tanaman kacang hijau sudah mulai berbuah. Sejak tanaman muda hingga berbuah perlu dilakukan perawatan intensif. Pak Bandi hanya mengandalkan teknologi sederhana.

Penyiangan rumput atau gulma (tanaman pengganggu) lainnya cukup dengan hanya dicabuti saja. Pada lahannya yang sudah lama dibiarkan kosong dan disana penuh ditumbuhi rumput untuk itu ia memerlukan herbisida “Roundup” sebotolnya dengan berat bersih 1 liter dibelinya dengan harga 75 ribu rupiah.

Herbisida atau pestisida lainnya hanya diperlukan ketika ia kewalahan dengan hama, penyakit dan gulma yang menyerang tanaman di lahannya yang tak begitu luas itu.

Panen kacang hijau dilakukan pada umur 60 hari (2 bulan) sampai polong berwarna hitam. Untuk melepaskan biji kacang hijau dari polongnya biasanya Pak Bandi atau para petani di daerahnya memukul-mukuli polong kacang hijau yang sudah tua tadi dengan kayu (Jawa = nggeblogi).

Panasnya kemarau seperti sekarang ini justru memudahkan proses pengeringan. Adakalanya Pak Bandi menyewa alat semacam perontok padi agar proses pengeluaran biji kacang hijau menjadi lebih efektif dan efisien.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun