Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Umur 15 Hari Bayam Bisa Dipanen

13 Oktober 2015   22:19 Diperbarui: 14 Oktober 2015   04:31 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bayam umur 15 hari siap dipanen"][/caption] 

Usia tua dan terbatasnya keadaan kadang membuat seseorang lebih memilih berdiam diri, bermalas-malasan bahkan lebih memilih bertahan dalam keterpurukan.

Banyak orang-orang berusia lanjut meski badannya masih sehat lebih memilih berdiam diri atau menganggur. Menganggap dirinya sudah tua sehingga malas untuk berikhtiar ke sana-kemari padahal kehidupannya serba pas-pasan.

Memang “mentalitas” giat bekerja dan bersemangat pantang menyerah itu ditanamkan dan dibiasakan sejak berusia anak-anak. Kadang yang berusia muda dan badannya masih kuat saja memilih bertopang-dagu, berpangku-tangan atau berharap ada durian jatuh. Singkatnya yang berusia muda kadang inginnya mendapatkan sesuatu dengan enak dan mudah.

Pak Bandi (67 tahun) salah satu contoh dari sedikit orang tua di desanya yang tak mau begitu saja menyerah dengan keadaan. Lelaki berputera dua dengan lima cucu itu kini masih aktif mengolah lahannya yang tak begitu luas untuk bercocok tanam. Oleh pemerintah Desa Driyorejo-Gresik, Pak Bandi diberi kesempatan untuk mengolah lahan desa agar tidak terbengkalai.

Di usianya yang sudah menjelang 70 tahunan itu ia tetap bersemangat bekerja keras. Tak mau menganggur meski kedua anaknya telah melarang bertani yang lebih pantas untuk mereka yang berusia muda dan masih kuat.

“Mumpung masih kuat bekerja mas, sayang kalau lahannya tak ditanami” ungkap lelaki tua berambut penuh uban itu.

Tanaman yang dibudidayakan Pak Bandi rata-rata berusia genjah (pendek). Selain karena di musim kemarau minim air juga perawatannya mudah. Untuk awal bulan Oktober ini ia mencoba tanaman bayam. Benihnya ia produksi sendiri dengan mengeringkan tanaman bayam dewasa yang telah menghasilkan biji.

[caption caption="Menyiapkan lahan dulu sebelum tanam"]

[/caption]

Sebelum ditanami bayam, lahan digemburkan terlebih dulu. Tak berbeda jauh dengan teknik bercocok tanam yang diterapkan Pak Wondo tetangga desanya, Pak Bandi juga mencampur benih bayam dengan pasir agar dengan mudah disebarkan ke lahan yang siap ditanami itu.

Kata Pak Bandi untuk tanaman bayam umur 15 hari setelah tebar benih sudah bisa dipanen. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit ia menyemprotkan pestisida Sankill yang dicampur dengan pupuk cair Mastofol Tristar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun