Selama berada di pabrik kopi Nescafe Kota Panjang, Lampung para peserta (finalis) mendapatkan informasi yang cukup detail mengenai sistem proses pembuatan kopi instan yang khas, uji organoleptis sebelum dan sesudah proses produksi yang dilakukan oleh para pencicip (panelis) juga bagaimana cara pengelolaan limbahnya.
Limbah pabrik kopi Nescafe terdiri atas limbah padat dan cair. Bersama-sama dengan cangkang kelapa sawit limbah padat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk boiler. Sementara limbah cairnya diolah terlebih dulu di dalam mesin pengolah limbah (Waste Water Treatment Plant) sebelum di buang ke laut.
“Dalam sehari pabrik kita (Nescafe) bisa menghasilkan limbah ampas kopi sebesar 10 ton” terang Ekfan, kepala produksi Nescafe, Lampung.
Pengunjung juga tidak diperkenankan mengambil gambar (mendokumentasikan) beberapa tahap di dalam proses produksi karena merupakan rahasia yang harus dijaga.
“Selain untuk campuran bahan bakar boiler, limbah padat kopi (semacam sluds) itu juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik (media) tanaman” lanjut Ekfan.
Di lahan seluas kurang lebih 1 hektar itu terhampar beberapa jenis tanaman sayuran. Ada kangkung (Ipomea reptans), Sawi (Brassica chinensis) dan juga terong (Solanum melongena). Beberapa jenis sayuran yang dijadikan bahan percobaan itu sengaja dipilih yang berumur pendek agar segera bisa dinikmati hasilnya.
“Tanaman sayuran yang sudah dipanen kemudian diolah untuk bahan makanan karyawan pabrik” ujar Lusi.
Sayuran tadi sengaja ditanam di tanah yang sudah dicampur dengan limbah padat kopi yang sudah matang (sudah dikomposkan). Dan hasilnyapun tidak mengecewakan, tanaman bisa tumbuh dan berproduksi normal seperti yang diharapkan. Suburnya beberapa jenis sayuran tadi juga membuktikan (uji toksisitas) kalau limbah padat kopi tidak berbahaya (tidak beracun) bagi tanah (alam) di sekitarnya.