Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Limbah Pabrik Kopi Menyuburkan Tanaman#DibalikSecangkirKopi

13 Juni 2015   17:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama berada di pabrik kopi Nescafe Kota Panjang, Lampung para peserta (finalis) mendapatkan informasi yang cukup detail mengenai sistem proses pembuatan kopi instan yang khas, uji organoleptis sebelum dan sesudah proses produksi yang dilakukan oleh para pencicip (panelis) juga bagaimana cara pengelolaan limbahnya.

Limbah pabrik kopi Nescafe terdiri atas limbah padat dan cair. Bersama-sama dengan cangkang kelapa sawit limbah padat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk boiler. Sementara limbah cairnya diolah terlebih dulu di dalam mesin pengolah limbah (Waste Water Treatment Plant) sebelum di buang ke laut.

“Dalam sehari pabrik kita (Nescafe) bisa menghasilkan limbah ampas kopi sebesar 10 ton” terang Ekfan, kepala produksi Nescafe, Lampung.

Proses pengolahan limbah cair tidak dijelaskan secara gamblang oleh instruktur karena hal itu mungkin merupakan privacy (rahasia) perusahaan. Lagi pula untuk meninjau lokasi instalasi pengolahan limbah cair milik pabrik kopi Nescafe itu, jaraknya juga cukup jauh ungkap salah satu instruktur.

Pengunjung juga tidak diperkenankan mengambil gambar (mendokumentasikan) beberapa tahap di dalam proses produksi karena merupakan rahasia yang harus dijaga.

“Selain untuk campuran bahan bakar boiler, limbah padat kopi (semacam sluds) itu juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik (media) tanaman” lanjut Ekfan.

Untuk membuktikan pemanfaatan limbah padat sebagai pupuk tanaman, beberapa staf inti pabrik itu seperti Pak Ekfan, Mbak Lusi dan seorang staf lagi yang saya lupa namanya mengajak kami mendatangi kebun percobaan yang ada di belakang pabrik.

Di lahan seluas kurang lebih 1 hektar itu terhampar beberapa jenis tanaman sayuran. Ada kangkung (Ipomea reptans), Sawi (Brassica chinensis) dan juga terong (Solanum melongena). Beberapa jenis sayuran yang dijadikan bahan percobaan itu sengaja dipilih yang berumur pendek agar segera bisa dinikmati hasilnya.

“Tanaman sayuran yang sudah dipanen kemudian diolah untuk bahan makanan karyawan pabrik” ujar Lusi.

Sayuran tadi sengaja ditanam di tanah yang sudah dicampur dengan limbah padat kopi yang sudah matang (sudah dikomposkan). Dan hasilnyapun tidak mengecewakan, tanaman bisa tumbuh dan berproduksi normal seperti yang diharapkan. Suburnya beberapa jenis sayuran tadi juga membuktikan (uji toksisitas) kalau limbah padat kopi tidak berbahaya (tidak beracun) bagi tanah (alam) di sekitarnya.

“Kami sering mengundang masyarakat luas untuk melihat kebun percobaan (demonstrasi ploting) milik kami. Mereka terlihat sangat antusias dan ingin belajar bagaimana menanam sayuran dengan menggunakan limbah pabrik kopi” lanjut Lusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun