Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ista'ah, Pelestari Tenun Tradisional Gresik

10 Mei 2015   11:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_416395" align="aligncenter" width="500" caption="Salah satu pekerja di pabrik tenun Ista"][/caption]

Muncul rasa kaget ketika pertama kali memasuki Dusun Jambu, Desa Semampir, Cerme-Gresik. Semula saya mengira dusun ini (maaf) kondisi sosial-ekonomi masyarakatnya rendah sebab jauh dari pusat Kota Cerme.

Lagipula untuk bisa sampai ke areal perumahan warga Dusun Jambu jarak dari gapura masuk masih cukup jauh. Jalan ke sana memang sudah beraspal mulus dan menariknya di sebelah kanan-kiri jalan masuk dusun itu terhampar usaha pertambakan warga setempat.

Dugaan saya meleset, begitu berada di tengah dusun ternyata rumah-rumah warga di sana keadaannya rata-rata bagus. Bangunannya juga permanen. Tak jarang di halamannya juga terlihat mobil pribadi keluaran baru.

[caption id="attachment_416397" align="aligncenter" width="300" caption="Gapura masuk Dusun Jambu, Cerme-Gresik"]

14312294242037482345
14312294242037482345
[/caption]

[caption id="attachment_416398" align="aligncenter" width="300" caption="Areal pertambakan warga menuju Dusun Jambu"]

14312295712121094351
14312295712121094351
[/caption]

Dusun Jambu didiami oleh penduduk yang mayoritas mata pencariannya sebagai petani tambak. Sebagian memang sekaligus menjadi pemilik tambak-tambak itu. Sebagian lagi memilih menjadi perajin sarung tenun.

Dari sekian banyak perajin sarung tenun yang ada di Dusun Jambu, Ista’ahlah yang terlihat cukup menonjol. Dari pemilik toko yang ada di perempatan pertama jalan masuk dusun saya dapatkan keterangan dimana letak rumah Ista’ah.

Suara khas alat tenun tradisional santer terdengar saat saya memasuki pabrik tenunnya pagi itu. Pikir saya, inilah saat yang tepat melihat langsung kesibukan perajin tenun Dusun Jambu.

[caption id="attachment_416400" align="aligncenter" width="250" caption="Ista"]

14312297021977273379
14312297021977273379
[/caption]

Perempuan berparas ayu kelahiran 1983 itu kini usahanya berkembang pesat sehingga namanya terdengar di seluruh Kota Gresik bahkan mungkin se-Indonesia.

“Kini mesin tenun kami mencapai 150 unit, sebagian ada di Desa Benjeng dan Cerme” tutur Ista’ah memulai ceritanya.

“Untuk membesarkan usaha ini tidaklah mudah mas, butuh kerja keras dan ketekunan” lanjutnya.

[caption id="attachment_416401" align="aligncenter" width="250" caption="Setia memantau pekerjanya"]

14312298681582165442
14312298681582165442
[/caption]

Ia sempat merasakan jatuh-bangun gara-gara usaha ini. Awalnya ia hanya memiliki beberapa unit mesin tenun, kini bisa mencapai ratusan. Sebuah prestasi yang membanggakan. Ista’ah mengaku keahlian menenun dan mengelola usaha sarung tenun itu ia dapatkan dari orang tuanya.

Usaha sarung tenun yang dirintis orang tua Ista’ah mulai berdiri sejak tahun 1982. Bagi warga Dusun Jambu sendiri, usaha tenun-menenun sebenarnya sudah ada sejak 60 tahun silam.

Kiprah Ista’ah memang patut diacungi jempol, dari usaha sarung tenunnya itu ia bisa mempekerjakan para penduduk Dusun Jambu yang secara ekonomi kurang mampu. Bahkan tak sedikit dari para pekerja itu berasal dari pemuda-pemudi yang tak bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi alias drop out.

“Kami mencoba memberdayakan warga sini, mengajari hingga bisa menenun” terangnya.

[caption id="attachment_416405" align="aligncenter" width="300" caption="Sebagian pekerja Ista"]

1431230186119951693
1431230186119951693
[/caption]

Wanita muda itu dengan telaten membimbing warganya yang berminat menenun hingga dihasilkan sarung tenun berkualitas baik. Menurutnya menenun hingga menjadi sehelai sarung membutuhkan proses yang cukup panjang dan rumit. Untuk sehelai sarung tenun butuh waktu 1 sampai 2 hari.

Apalagi untuk tenun songket yang pengerjaannya lebih njlimet perlu waktu beberapa hari untuk pembuatan sehelainya.

[caption id="attachment_416406" align="aligncenter" width="400" caption="Menggulung benang sebelum penenunan"]

1431230409553135511
1431230409553135511
[/caption]

[caption id="attachment_416407" align="aligncenter" width="400" caption="Benang mentah sebelum pencelupan"]

14312305621487081674
14312305621487081674
[/caption]

[caption id="attachment_416408" align="aligncenter" width="400" caption="Pencelupan"]

1431230701511812869
1431230701511812869
[/caption]

Tahap pertama dimulai dengan memasukkan benang mentah ke dalam bak pencelupan. Mengingat volume usaha sarung tenun Ista’ah sudah berkembang pesat maka bak-bak pencelupan dibuat lebih banyak hal itu untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dari negara pemesan. Perlu diketahui bahwa sarung tenun buatan Ista’ah itu bisa menembus pasar di Timur-Tengah dalam hal ini Negara Yaman.

[caption id="attachment_416410" align="aligncenter" width="400" caption="Melibatkan tenaga dari remaja putus sekolah"]

1431230859353395169
1431230859353395169
[/caption]

[caption id="attachment_416411" align="aligncenter" width="400" caption="Dipindah ke dalam gulungan kecil"]

14312310232020465860
14312310232020465860
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun