[caption id="attachment_282350" align="aligncenter" width="400" caption="Monumen Gubernur Suryo di Jalan Taman Apsari Surabaya"][/caption]
Gaung Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan oleh Sukarno-Hatta membahana bukan hanya di penjuru tanah air melainkan juga di seantero dunia.
Lalu bagaimanakah keadaan Indonesia yang sebenarnya paska proklamasi. Benarkah segala bentuk penjajahan sudah dihapuskan dari bumi pertiwi ini.
[caption id="attachment_282357" align="aligncenter" width="300" caption="Anak-anak mandi di air mancur yang mengelilingi patung Gubernur Suryo di Jalan Taman Apsari Surabaya"]
Rupanya bangsa penjajah dan sekutunya tidak serta merta hengkang dari Indonesia. Malahan mereka ingin membonceng sekutu untuk kembali menjajah Indonesia. Hal itu seperti yang terjadi di Surabaya pada bulan November 945.
Bulan November 1945 merupakan bulan bersejarah selain proklamasi 17 Agustus 1945. Tanggal 10 November 1945 merupakan peristiwa heroik dimana rakyat dan pemuda (arek-arek) Surabaya dengan persenjataan seadanya berani melawan Inggris dan sekutunya sampai titik darah penghabisan.
[caption id="attachment_282363" align="aligncenter" width="400" caption="Monumen ini untuk mengenang jasa dan keberanian Gubernur Suryo dalam melawan sekutu (Inggris)"]
Pertempuran sengit tak terhindarkan dan terjadi di hampir seluruh kawasan di Surabaya. Tak terhitung korban nyawa melayang akibat pertempuran yang dahsyat itu.
Surabaya menjadi lautan api. Hari dimana terjadi peristiwa heroik yang membukakan mata dunia ini untuk kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November.
[caption id="attachment_282364" align="aligncenter" width="400" caption="Gedung Negara Grahadi di Jalan Pemuda Surabaya berada di depan Monumen Gubernur Suryo"]
Sehari sebelum meletusnya peristiwa pertempuran Surabaya, pada tanggal 9 November 1945 jam 23.00 Gubernur Suryo melakukan pidato di Radio Nirom, Jalan Embong Malang Surabaya.