Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Terpesona Gemerlapnya I-City di Shah Alam Malaysia

13 Maret 2014   17:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Bianglala yang penuh dengan lampu"][/caption]

Meski jalan yang kami tempuh dari bandara KLIA (Kuala Lumpur International Airport) menuju rumah Kakak di Kota Klang, Selangor-Malaysia terbilang jauh dan cukup melelahkan namun badan ini masih terasa bugar. Mungkin suasana hati yang sedang gembira karena bertemu saudara kandung yang sekian lama tak pulang menjadi doping yang ampuh bagi saya.

[caption id="attachment_326320" align="aligncenter" width="500" caption="Pepohonan yang dirancang dari lampu"][/caption]

Belum sempat beristirahat apalagi melepas pakaian dan mandi, Kakak yang biasa saya panggil “Ning” itu sudah bertanya banyak hal termasuk perkembangan kedua anaknya yang tinggal bersama keluarga saya.

Ning penasaran ingin tahu apa saja yang ada dalam tas kecil yang saya bawa dari Gresik. Sesuai pesanannya yang sudah saya siapkan sejak sebelum gagalnya penerbangan pertama tanggal 16 Februari 2014 (baca), sebagian makanan yang masih bertahan tetap saya masukkan dalam tas kecil itu.

[caption id="attachment_326323" align="aligncenter" width="500" caption="Peta I-City di Shah Alam, Selangor-Malaysia"]

13947232241425743964
13947232241425743964
[/caption]

Sebagian lagi memang baru dibelikan oleh istri saya seperti bumbu pecel, bumbu gado-gado, terasi, emping melinjo, keluwek, kerupuk kulit (rambak), kacang Shanghai. Menurut Ning bumbu-bumbu dan makanan tadi memang tidak ada di Malaysia. Bahkan suami Ning, Pak Bahruddin justru sangat menggemari oleh-oleh yang sangat sederhana itu.

Sebagian oleh-oleh dibagi-bagikan Kakak kepada tetangga dekat, teman senasib seperjuangan, yaknisesama TKI/TKW yang mengadu nasib di Malaysia. Bagi Ning dan para tetangganya, oleh-oleh berupa bumbu dan makanan khas Jawa Timur itu sangat berarti meski sederhana. Bak melihat barang berharga saja. Maklum mereka sudah lama tak merasakan makanan khas daerahnya. Mereka kangen berat dengan bumbu dan makanan itu.

[caption id="attachment_326324" align="aligncenter" width="500" caption="Lampu dirancang menyerupai jerapah"]

1394723372757308558
1394723372757308558
[/caption]

Belum hilang rasa capek saya akibat perjalanan panjang Surabaya-Kuala Lumpur, malamnya kira-kira pukul 21.30 waktu Malaysia, Pak Bahruddin mengajak kami jalan-jalan ke Shah Alam. Pikir saya dalam hati jam setengah sepuluh malam kalau di Gresik biasanya saya sudah tidur atau tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan yang sangat penting.

Namun Ning menyarankan agar saya ikut saja sebab orang-orang Malaysia memang kalau jalan-jalan keluar rumah biasanya setelah Sholat Maghrib yang dimulai pukul 20.00 malam. Wah kalau di Indonesia jam sekian sudah masuk waktu Sholat Isya’.

[caption id="attachment_326325" align="aligncenter" width="500" caption="Lampu dirancang menyerupai kereta kuda"]

1394723498124665985
1394723498124665985
[/caption]

Kota Shah Alam masih berada di wilayah Selangor. Tempat yang hendak kami kunjungi ini merupakan kawasan wisata dengan teknologi lampu digital yang sangat canggih, I-City namanya. Menurut Pak Bahruddin objek wisata I-City dibuka pada pukul 20.00 malam hingga jam 03.00 pagi.

Untuk masuk ke kawasan ini kami dan pengunjung lainnya tak dipungut biaya masuk termasuk parkir mobil juga gratis. Hanya bila ingin bermain-main atau menggunakan wahana permainan yang ada, pengunjung dikenakan tiket masuk yang besarnya tergantung pengelolah wahana. Itupun terjangkau sebab I-City memang dirancang untuk masyarakat Shah Alam.

[caption id="attachment_326326" align="aligncenter" width="383" caption="Free parkir di I-City Shah Alam, Selangor-Malaysia"]

13947236371414218125
13947236371414218125
[/caption]

I-City terbagi menjadi 3 pintu (gate). Masing-masing pintu mengarahkan pengunjung menuju wahana yang beragam dan pastinya sangat menarik. Pintu A merupakan City of Digital Lights. Pintu B terbagi menjadi Water World dan Snow Walk. Sedangkan pintu atau gate C terdiri atas Fun World & City Walk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun