Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Suvenir Cantik dari Kawah Ijen

17 September 2014   19:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360163" align="aligncenter" width="400" caption="Menuangkan belerang cair ke dalam cetakan"][/caption]

Sepulang dari mendaki puncak Gunung Ijen di Bondowoso, Jawa Timur kurang afdol bila tanpa membawa oleh-oleh spesial. Anda dan para pendaki lain bisa berburu suvenir-suvenir cantik dari belerang.

Saat berburu pesona blue fire pada dini hari, sekitar jam 02.00 itu saya sempat melihat beberapa pekerja tambang yang sekaligus perajin suvenir itu sedang asyik menuangkan belerang cair ke dalam cetakan-cetakan dengan bentuk beragam dan pastinya menarik.

Sambil menunggu momen yang tepat mengabadikan munculnya fenomena blue fire di dekat lokasi penambangan, saya mencoba melihat dari dekat para perajin suvenir itu.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Beberapa contoh suvenir yang ditawarkan"][/caption]

Sesekali konsentrasi saya buyar akibat terpaan asap belerang yang sangat pedih di mata dan baunya menyengat itu.

Beberapa saat kemudian suasana normal kembali. Dan saat itu saya putuskan untuk mendekati kembali para perajin suvenir belerang.

Para perajin suvenir belerang termasuk gigih, di pagi yang gelap itu mereka sudah menjajakan suvenir belerang buatannya. Mereka tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Suvenir dengan latar belakang ramainya para pendaki"][/caption]

Nyatanya ada saja wisatawan yang berminat membelinya meski dini hari itu mereka lagi sibuk berburu fenomena blue fire yang sudah mendunia.

Rasa pedih di mata akibat terpaan asap belerang masih saya rasakan. Meski demikian puluhan gambar fenomena blue fire sudah saya dapatkan.

Hari semakin siang, itu terlihat dari suasana sekitar kawah yang semakin terang. Saya mencoba naik ke atas, mencari tempat yang pas untuk mengabadikan Kawah Ijen yang berwarna hijau toska itu.

[caption id="attachment_360164" align="aligncenter" width="400" caption="Memindahkan belerang ke dalam bak truk"]

14111181631566735811
14111181631566735811
[/caption]

Anggota tim lainnya sudah menunggu di atas.Lely, Ayu dan Indra terlihat sedang asyik mendekati perajin suvenir belerang. Rupanya mereka tertarik untuk membelinya. Suasana yang semakin terang itu akan membantu memilih suvenir-suvenir mana yang cocok dengan selera.

Untuk suvenir yang berukuran besar, penjualnya membandrol harga Rp.15.000,-. Suvenir berukuran sedang dihargai Rp.10.000,-.

Lely dan teman-temannya tertarik untuk membeli yang kecil. Harganya hanya Rp.5000,- sudah dapat 2 buah. Lumayan bisa dibawa pulang untuk kenang-kenangan dari puncak Gunung Ijen.

[caption id="attachment_360165" align="aligncenter" width="400" caption="Membeli suvenir buat oleh-oleh di rumah"]

14111184461152657143
14111184461152657143
[/caption]

Dari berjualan suvenir, para pekerja tambang belerang bisa mendapatkan penghasilan tambahan. “Lumayan Mas buat nambah ekonomi rumah tangga” kata salah satu penjual tanpa menyebutkan berapa hasil dari berjualan suvenir seharinya.

Pekerjaan menambang belerang dan berjualan suvenir merupakan dua hal yang saling melengkapi. Terkadang penambang belerang itu juga beralih profesi menjadi guide (pemandu) pendakian. Seperti yang dilakukan Pak Misruani saat mendampingi tim kami mendaki Gunung Ijen pada 17 Agustus 2014 yang baru lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun