[caption id="attachment_344297" align="aligncenter" width="500" caption="Arifin setia mengantar kami meski tersesat dan mutar-mutar di KL"]
Karena tuntutan kebutuhanlah yang menyebabkan pria beranak satu ini beralih profesi menjadi sopir di Malaysia. Pak Arifin sudah setahun ini bekerja dan bermukim di kawasan Sri Andalas, Klang-Selangor. Ia mengaku tidak begitu paham dengan kawasan Kuala Lumpur (KL) ibu kota Malaysia ini termasuk letak Bandara KLIA.
[caption id="attachment_344298" align="aligncenter" width="500" caption="Gedung megah Universiti of Kuala Lumpur di Malaysia"]
“Nanti kalau sudah sampai di KL kita tanya sama-sama ya Mas” kata Arifin kepada saya dengan polos. Benar memang KL terlalu besar bagi kami. Beberapa kali Pak Arifin salah mengambil jalur hingga akhirnya kami kesasar. Kami akhirnya harus berlama-lama dan berputar-putar di KL. Menara kembar Petronas sebagai tujuan sebelum ke Bandara KLIA justru belum terjangkau oleh kami.
[caption id="attachment_344299" align="aligncenter" width="350" caption="Jalan kereta di tengah kota KL dengan gedung megah di belakangnya"]
Untuk kesekian kalinya Pak Arifin keliru jalur. Tersesat lagi,menjelang 11.30 siang waktu Malaysia kami belum menemukan menara Petronas yang kami impikan itu. Kakak yang sudah 9 tahun di Malaysia juga tidak banyak tahu rute yang benar menuju Menara Petronas. Maklum lingkup pergaulannya hanya terbatas di Kota Klang, Selangor-Malaysia.
[caption id="attachment_344300" align="aligncenter" width="500" caption="Gaya arsitektur yang menawan"]
Jarak rumah Kakak dengan KL saja sudah jauh, kira-kira 1,5 jam perjalanan dengan mobil bila kecepatannya di atas 100 km/jam. Kalau macet bisa 2 jam bahkan mungkin lebih. Sementara jarak KL dengan bandara KLIA cukup jauh yakni sekitar 45 kilometer.
[caption id="attachment_344303" align="aligncenter" width="350" caption="Ikon wisata Kota KL, The Twin Tower (Petronas)"]
Saya khawatir akan ketinggalan pesawat sebab waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 siang. Saya katakan pada Pak Arifin kalau jam 12.00 ini mestinya saya harus sudah duduk manis (ceck in) di bandara menunggu take off atau pengumuman lainnya. Namun kenyataannya kami masih harus berputar-putar di KL.
Menara Petronas yang menjulang tinggi itu hanya terlihat dari kejauhan. Beberapa gedung penting dan universitas terkemuka juga sempat kami saksikan kemegahannya. Dari pada ketinggalan pesawat akhirnya saya putuskan untuk segera ke bandara meski tak jadi menikmati pesona Petronas yang kesohor itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H