Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Duh Suburnya Kota Bangkalan Ini

25 September 2014   19:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:32 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_361590" align="aligncenter" width="500" caption="Kerbau-kerbau bermain di area persawahan Bangkalan-Madura"][/caption]

Meski masih dalam suasana musim hujan, tetapi Minggu pagi itu rupanya cuaca sedang terang-terangnya. Mumpung cuaca sedang bersahabat. Tanpa banyak ba bi bu, sayaakhirnya melakukan traveling ke Madura.

Sekarang ini untuk bisa mencapai pulau asal pahlawan “Sakerah” ini tidaklah sulit. Dari Kota Surabaya, pengunjung atau wisatawan bisa menyeberang dengan kapal feri dari Ujung Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Madura.

Perjalanan menjelajah Madura saya putuskan melalui Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Selain relatif bebas hambatan, biaya masuk tol untuk kendaraan roda dua di Jembatan Suramadu juga murah. Hanya tiga ribu rupiah. Sementara tarif tol untuk kendaraan roda empat cukup mahal yaitu Rp.30.000-,.

[caption id="attachment_361591" align="aligncenter" width="400" caption="Salah satu ruas jalan menuju Kota Bangkalan Madura"]

141162145396285149
141162145396285149
[/caption]

Dengan mengendarai sepeda motor butut keluaran tahun 2003, dari Kedung Cowek Surabaya saya awali petualangan menyeberangi Selat Madura itu. Saya beranikan diri untuk sesekali berhenti di atas Jembatan Suramadu. Dengan kamera mungil yang saya bawa, kemegahan jembatan ini saya abadikan.

Sejurus kemudian suasana panorama pagi yang sedikit berkabut di atas Selat Madura juga saya abadikan. Aktivitas nelayan untuk pergi ke laut juga mulai nampak, semua tidak luput dari jepretan kamera kamera mungil ini.

Jembatan Suramadu yang saya lewati ini mempunyai panjang kira-kira 5 kilometer. Jembatan ini merupakan yang terpanjang di Asia Tenggara. Pemerintah berharap dengan dibangunnya jembatan yang mulai beroperasi tahun 2009 ini perkembangan Madura akan setara dengan daerah-daerah lain, seperti Surabaya atau kota-kota lainnya.

[caption id="attachment_361592" align="aligncenter" width="400" caption="Layang-layang bergambar Sakerah khas Madura"]

1411621786236885979
1411621786236885979
[/caption]

Tak terasa perjalanan santai di atas Selat Madura akhirnya berakhir juga. Saya beristirahat sebentar di Tanah Merah, desa pertama pulau garam itu. Sepeda motor saya parkir di dekat taman Jembatan Suramadu Bangkalan.

Tanpa menunggu terlalu lama, setelah itu saya melanjutkan perjalanan menuju Kota Bangkalan. Melewati jalan bebas hambatan dan pastinya beraspal mulus sepanjang kira-kira 11 kilometer itu banyak pemandangan cantik yang saya saksikan.

Pedagang suvenir dan oleh-oleh khas Madura banyak terlihat di awal jalan tol menuju Bangkalan. Banyak stan di sana. Anda dan traveler lain dijamin akan leluasa memilih berbagai suvenir dan oleh-oleh khas daerah asal “Kacong dan Jebing” ini.

Anggapan yang selama ini berkembang di masyarakat tentang pulau Madura yang “minus” ternyata tidak semuanya benar. Di kanan-kiri sepanjang jalan tol itu saya menyaksikan hamparan sawah-sawah yang subur. Dengan tanaman padinya yang mulai menguning.

[caption id="attachment_361594" align="aligncenter" width="400" caption="Padi yang mulai menguning di salah satu persawahan daerah Bangkalan"]

14116223201255681844
14116223201255681844
[/caption]

Kerbau-kerbau dibiarkan bergerak leluasa sambil merumput di sawah yang habis dipanen, kelihatan gemuk-gemuk terpelihara dengan baik. Madura dalam hal ini Kota Bangkalan terbukti kaya pangan.

Di sepanjang jalan beberapa desa seperti Burneh, Ketengan dan Tanjung Bhumi banyak kita jumpai toko-toko sekaligus menjadi tempat tinggal para perajin batik tulis yang kondang itu.

Lebih mendekati pusat Kota Bangkalan, Anda akan menemukan beberapa bangunan masjid dan pesantren banyak berdiri di kota ini. Tidak mengherankan bila Bangkalan dijuluki kota santri.

[caption id="attachment_361595" align="aligncenter" width="400" caption="Duh suburnya Kota Bangkalan ini"]

14116226231301739731
14116226231301739731
[/caption]

Air minum dalam veltvles saya tenggak habis untuk menggantikan keringat yang mulai mengucur akibat cuaca panas siang itu.

Setidaknya saya membawa pulang bukan saja oleh-oleh kemeja batik tulis yang cantik tetapi juga pengalaman traveling baru berupa potret kawasan Bangkalan Madura dengan persawahannya yang subur itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun