Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Re-Industrialisasi Indonesia Melalui Pengembangan Industri Kreatif Digital

6 September 2016   22:36 Diperbarui: 6 September 2016   23:20 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini merupakan ringkasan PRAKATA  yang saya tuliskan dalam buku Digital Sustainability yang saat ini sedang proses naik cetak. Insya Allah pada akhir September 2016 ini, bukunya sudah tersedia secara terbatas. Buku ini sendiri berangkat dari disertasi Doktoral saya di UNPAD dan telah dipertahankan di depan dewan penguji dengan hasil sangat memuaskan.

Atas dorongan dari rekan-rekan sejawat, sesama mahasiswa pasca-sarjana FEB UNPAD serta arahan dari Dewan Promotor penyusunan disertasi tersebut, akhirnya saya mencoba menyusun buku ini dengan sedikit sentuhan ala buku populer ilmiah.

Selamat membaca.

Pada saat penyusunan buku Digital Sustainability (DS), dunia tengah dilanda demam Pokemon Go. Game Pokemon Go kini banyak dimainkan bukan hanya oleh anak-anak namun hingga orang dewasa. Cukup dengan menggunakan Smartphone, permainan yang menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) ini langsung dapat dinikmati dengan berburu monster pokemon.

Salah satu tolok ukur kesukesan game yang diluncurkan oleh Niantic Inc. -anak perusahaan Alphabet Inc (induk dari Google) dengan Nintendo-, bahwa hanya dalam tempo semalam nilai saham Nintendo langsung naik US$ 7 Milyar (92 Trilyun), angka yang sangat fantastis bukan?

Pokemon Go menjadi pembicaraan viral dan trending topic, bukan hanya berbagai cerita para penggunanya yang menemukan berbagai cerita aneh dan menarik. Bagaimana para pemburu pokemon melintasi dan mengunjungi lokasi-lokasi yang terkadang merupakan obyek vital dengan bantuan GPS(Global Positioning System). Monster-monster yang populer pada tahun 90-an (pikachu adalah monster yang paling terkenal) -era kejayaan Nintendo Game Boy- , kini kembali mendunia.

Narasi pembuka diatas adalah sekelumit contoh nyata, kisah sukses tentang betapa luar biasanya potensi Industri Kreatif Digital (IKD).

Lantas bagaimana dengan kondisi di tanah air, khususnya terkait dengan perkembangan IKD tersebut?

Menurut saya, kekuatan Industri Kreatif Digital di Indonesia belum tinggi karena kinerja bisnis pelaku industrinya cenderung berfluktuasi. Dan melalui buku ini, saya kembali mengingatkan pentingnya untuk segera melakukan Re-Industrialisasi Indonesia melalui Pengembangan IKD. Saya sangat meyakini, potensi pasarnya sangat besar. Dan untuk menangkap potensi tersebut, tinggal bagaimana membangun kompetensi dan ekosistem yang mendukung.

Itulah mengapa saya menawarkan konsep Re-Industrialisasi melalui pemanfaatan IKD, bukan dengan membangun industri yang dipahami secara konvensional (manufacture, industri padat modal dan padat karya). Mengingat saat ini, negara maju sekalipun, saat ini sudah sulit untuk menyaingi kehebatan industri manufacture negara China. Agar tetap mampu menangkap peluang bisnis domestik maupun global, kini saatnya untuk fokus pada pengembangan industri kreatif berbasis Digital.

Selanjutnya, saya berharap kegunaan dari buku DS yang dilengkapi berbagai hasil penelitian, menghasilkan suatu model yang bisa menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan konsep kinerja bisnis yang berkelanjutan pada industri kreatif digital. Hasil penelian ini juga dapat menjadi referensi bagi lingkungan akedemis dalam kaitan studi industri kreatif digital di Indonesia.

Akhirnya, dengan mengaplikasikan temuan model DS diharapkan akan muncul perusahaan-perusahaan digital kreatif Indonesia yang memiliki kinerja bisnis yang berkelanjutan yang mampu bersaing dalam skala global.

Bandung,  25 Juli 2016

Muhammad Awaluddin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun