Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Medan Peperangan, Pemimpin Bisa Mati oleh Anak Buahnya

18 Januari 2017   09:06 Diperbarui: 18 Januari 2017   23:52 2194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bestsampleresume.com

Pagi tadi dalam perjalanan menuju tempatku bekerja, aku membaca salah satu status Facebook yang menarik dan membuatku merenung.

"Di medan peperangan, seorang pemimpin bisa mati oleh anak buahnya sendiri..."

Makna yang tersirat dalam status yang diakhiri dengan tanda elilsis berupa tanda titik tiga kali itu memiliki makna yang dalam. Dalam tulisan ini yang aku bahas yaitu relevansi status itu dalam dunia kerja, sekalipun ruang lingkup status itu luas, bisa mencakup dunia pemerintahan, militer, organisasi, dan masih banyak lagi.

Dalam dunia kerja, banyak pemimpin yang hancur karirnya akibat kesalahan fatal yang dibuat oleh anak buahnya dalam bekerja. Misalkan di bagian Finance & Accounting, salah bikin Invoice dan Faktur Pajak ke Pelanggan, maka fatal akibatnya. Kalau Staff yang bersangkutan yang melakukan kesalahan pembuatan Invoice dan Faktur Pajak, paling tinggi dapat Surat Peringatan dari perusahaan, tapi tetap yang disalahkan adalah Atasannya, cepat atau lambat posisinya akan diganti orang lain yang dianggap lebih mampu oleh perusahaan.

Begitu pula di bagian vital lainnya dalam perusahaan, misalkan di bagian Legal. Salah bikin Kontrak Perjanjian antara pihak perusahaan dan pelanggan, maka fatal akibatnya. Atasannya yang akan terkena dampaknya karena dianggap tidak mampu mengontrol pekerjaan anak buahnya.

Kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh anak buah tentu saja akan berdampak buruk pada karir sang Atasan. Berdasarkan pengamatan aku dilingkungan tempatku bekerja, hal ini seringkali terjadi karena beberapa indikator dibawah ini;

1. Tidak Memeriksa Kembali Hasil Pekerjaan Anak Buah
Dalam dunia kerja setiap Atasan tentunya menginginkan hasil pekerjaan yang sempurna sesuai dengan instruksi yang ia berikan, namun satu hal yang patut diingat, kemampuan tiap orang menerjemahkan instruksi yang diterima dari Atasannya belum tentu sama dengan apa yang ada dalam isi kepala sang Atasan.

Ada Atasan yang karena sudah terlanjur percaya terhadap anak buah, apalagi dibarengi dengan aktivitas pekerjaan yang menumpuk di depan mata, sehingga ia tidak memeriksa kembali hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak buah. Akibatnya, resiko tanggung sendiri. Oleh karena itu, Atasan yang baik tentu saja harus memeriksa kembali hasil pekerjaan anak buahnya setelah ia memberikan suatu tugas, sekecil apapun tugas yang diberikan.

Kenapa harus memeriksa kembali pekerjaan anak buah? Karena kemampuan tiap orang menerjemahkan intruksi yang diterima tentu saja beda-beda. Kadang maksudnya Atasannya lain, tapi yang dikerjakan oleh anak buahnya lain hasilnya. Itulah sebabnya, biasakan periksa kembali hasil pekerjaan anak buah.

2. Tidak Memberi Instruksi yang Jelas
Banyak Atasan yang karena sedang terburu-buru mau meeting, mau ketemu tamu, dipangggil big boss, atau mau mengunjungi relasi bisnis perusahaan, maka ia memberikan tugas kepada bawahannya dengan intruksi yang kurang jelas karena terburu-buru.

Dalam pemikirannya instruksi yang diberikannya dalam kondisi terburu-buru itu dimengerti dan dipahami oleh anak buahnya sesuai dengan apa yang ia pikirkan dalam kepalanya. Sehingga hasilnya sudah jelas, hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak buahnya sudah pasti beda, tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sang Atasan.

Ada jenis staff yang karena saking takutnya sama Atasan, ia tidak berani bertanya jika ada yang kurang jelas dalam instruksi yang diberikan karena takut dimarahi, begitu pula sebaliknya ada Atasan yang tidak mau buang-buang waktu dan pikiran dengan bertanya kembali ke anak buahnya apa ada yang belum dimengerti dalam instruksinya.

Ini yang harus dipertimbangkan oleh para Atasan bahwa tidak semua orang daya tangkap dan kemampuan menerjemahkan instruksi yang diberikan sama persis dengan apa yang dipikirkan oleh Atasannya. Oleh karena itu, biasakan memberikan instruksi kepada anak buah dengan instruksi yang jelas dengan intonasi suara yang teratur. Bilamana perlu tanyakan kembali kepada anak buah yang diberi perintah, sudah jelas atau belum.

3. Kurang Teliti
Sekalipun kedua indikator di atas dilakukan dengan baik oleh seorang Atasan, namun jikalau ia sendiri orangnya kurang teliti, maka hasilnya sama saja. Ketika memeriksa hasil pekerjaan anak buah dengan tidak teliti, maka banyak kesalahan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh anak buahnya akan terlewatkan begitu saja.

Ketelitian adalah kepribadian seseorang. Ada Atasan yang skill-nya biasa-biasa saja, namun ia sangat teliti dalam bekerja, begitu pula sebaliknya, ada Atasan yang skill-nya diatas rata-rata, namun kurang teliti dalam memeriksa hasil pekerjaan anak buahnya.

Kedua golongan Atasan ini jabatan mereka, cepat atau lambat, akan berakhir tragis karena diambil alih oleh orang lain yang dianggap lebih mampu oleh perusahaan. Ibaratnya, di medan peperangan, nyawa mereka cepat melayang diterjang peluru akibat kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh anak buah mereka sendiri.

Sebab ada tertulis, success does not lie in results.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun