Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reaksi Duterte Terhadap Kemenangan Trump

10 November 2016   17:32 Diperbarui: 10 November 2016   20:38 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duterte yang pernah berprofesi sebagai pengacara, jaksa, anggota Kongres, dan mantan walikota Davao City di Filipina itu mengatakan bahwa selama Filipina masih di bawah kendalinya, ia jamin negaranya tak akan tergantung pada Amerika Serikat. 

Antara Trump dan Duterte

Kita lupakan sejenak soal perseteruan antara Duterte dengan Amerika Serikat, mari kita bahas kesamaan yang signifikan antara Donald Trump dan Rodrigo Duterte. kedua pemimpin ini sama-sama keras kepala.

Rodrigo Duterte adalah Presiden yang bertemperamen keras. Sebelum menjadi Presiden Filipina, Duterte adalah Walikota Davao City yang dikelolanya dengan tangan besi, mulai dari larangan warganya mengkonsumsi alkohol, larangan merokok, dan memberlakukan jam malam pukul 21:00 di kotanya.

Larangan-larangan itu ia berlakukan karena Duterte menginginkan agar seluruh warganya di Davao City bisa tidur nyenyak dimalam hari dan anak-anak mereka dapat mempersiapkan diri untuk sekolah pada keesokan harinya.

Duterte juga dikenal memiliki prilaku yang unik dan hobi yang nyeleneh yaitu setiap hari memburu dan membantai bandar narkoba di Davao City dengan senjata laras panjang dan motor Harley Davidson Kesayangannya.

Setelah dilantik sebagai Presiden Filipina, 4 ribu lebih nyawa bandar narkoba melayang ditangannya. Namun angka itu masih sangat kecil menurutnya karena targetnya yaitu menembak mati 100 ribu bandar narkoba diseantero Fiipina.

Barrack Obama mengencam keras tindakan Duterte yang dianggapnya telah melakukan tindakan pelanggaran HAM yang berat karena tiap orang mempunyai hak untuk hidup. Obama menasihati Duterte bahwa pemberantasan narkoba tidak perlu dengan cara kekerasan menghilangkan nyawa orang lain.

Akibatnya fatal, Duterte murka dan marah besar. Ia mengumpat Obama sebagai anak haram jaddah yang tak perlu menguliahi caranya pemberantasan narkoba dinegara yang dipimpinnya. Duterte geram dan menyerang Obama bahwa HAM bukanlah alasan untuk menghancurkan negaranya dari racun narkoba.

Lantas bagaimana dengan Donald Trump?

(Credit: AP/LM Otero)
(Credit: AP/LM Otero)
Ini juga adalah sosok pemimpin yang keras kepala dan kontroversial. Sekalipun keras kepala, Donald Trump adalah seorang yang cerdas dan tak gentar menghadapi tekanan publik dengan ide-idenya yang kontroversial dan dianggap gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun