Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi dan Duterte, Dua Kekuatan dengan Kampiun yang Berbeda

12 Oktober 2016   21:06 Diperbarui: 14 Oktober 2016   23:07 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boleh juga Presiden kita satu ini, kalau dulu aku menyangsikan ia akan mampu jadi Presiden yang seutuhnya, ternyata makin kesini makin bergigi dan mulai kelihatan taringnya. Setelah sukses memporak-porandakan dunia persilatan mafia perpajakkan melalui program cadasnya Tax Amnesty itu, kini Jokowi menyingsingkan lengan menyatakan maklumat perang melawan pungli, sama halnya dengan Presiden tercadas di dunia, Rodrigo Duterte, yang menyatakan perang melawan narkoba. Siapa yang enggak kenal dengan Presiden yang hobi tembak mati bandar narkoba itu? Presiden yang dikenal dengan sebutan akrab Rodri itu sampai detik ini telah membantai 4000 bandar narkoba sampai terkapar bersimbah darah meregang nyawa dijalanan Manila. Namun bagi Rodri, angka 4000 itu masih sangat kecil sekali karena targetnya itu 100 ribu bandar narkoba harus mampus ditangannya. Lain Duterte, lain Jokowi. Namun keduanya memiliki satu kesamaan, yaitu sama-sama berdarah dingin dalam menyukseskan apa yang ada dalam isi kepala mereka. Masing-masing punya kekuatan, masing-masing punya senjata pemusnah massal yang mematikan yang jarang dimiliki oleh orang lain. Kita harus mengakuinya, siapapun Anda, lover or hater sekalipun. Racun pungli yang merajalela dan menggerogoti sendi-sendi perekonomian bangsa membuat gatal tangannya karena sampai detik ini mayoritas rakyat di negeri ini belum merasakan seutuhnya kemerdekaan yang hakiki sebagaimana yang termaktub dalam cita-cita kemerdekaan bangsa dalam Pembukaan UUD 45. Banyaknya keluhan masyarakat terkait maraknya pungli hampir di setiap pelayanan publik, bahkan sampai seorang Ganjar Pranowo pun melakukan tangkap tangan dengan sedemikian mudahnya praktik pungli, membuat Jokowi harus menyuntik morphin psikologi dengan dosis tinggi untuk mematikan kuman dan virus yang merajalela tanpa punya urat malu itu. Baru satu jam maklumat perang ia lontarkan dengan membentuk satgas khusus yang tergabung dalam tim Operasi Pemberantasan Pungli  (OPP), sudah makan korban. Enam bajingan kemaruk di Kemenhub kena ciduk tanpa ampun kocar kacir lari tunggang langgang sampai terkentut-kentut melenting kesana kemari tak tentu arah. Jangan main-main, boss. Satgas khusus yang tergabung dalam Operasi Pemberantasan Pungli (OPP) itu eksekusinya langsung di bawah kendali Wiranto dengan kepanjangan tangan eksekutornya Tito Karnavian. Serem. Kali ini aku angkat topi buat Jokowi dan salut dengan genderang perang yang ditabuhnya untuk membasmi pungli sampai tak mampu bangkit lagi. Rezim kapitalis nan korup yang bergentayangan secara siluman seenak udel mereka selama ini di berbagai instansi diseluruh penjuru negeri sudah saatnya dibuat blangsak kelenger sampai mampus tak tersisa. ,Bangsa ini sudah muak dengan kondisi yang penuh intrik dan rekayasa oleh kaum feodal, komprador, imperialisme dan ahli manipulasi tanpa essensi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan Jokowi yang memulainya, siapa lagi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun