Akhirnya Jokowi mengambil langkah yang sangat tepat sekali dengan menyundul Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kepala BIN menggantikan Sutiyoso. Sosoknya Budi Gunawan yang pendiam, penuh misteri, dan menyimpan banyak rahasia besar, adalah profil yang sangat tepat sebagai Kepala BIN. Namanya juga Badan Intelijen Negara, yaitu organisasi negara yang bekerja secara diam-diam dan siluman, bukan organisasi yang diisi oleh orang yang demen celometan di media macam si Sutiyoso itu. Sejak dulu ketika Sutiyoso dipilih Jokowi jadi Kepala BIN, aku sudah enggak sreg banget. Pertama, umurnya sudah terlalu tua. Selain pergerakannya sudah enggak lincah lagi, pun juga proses berpikir orang yang sudah terlalu tua enggak selincah dan segesit pola berpikir orang yang masih muda. Yang kedua, semakin tua seseorang, maka prilakunya akan semakin seperti anak kecil saja, suka ngambek, baper, dan lain sebagainya. Suka tak suka, ini hukum alam yang tak terbantahkan, dan ini yang terjadi pada Sutiyoso. Bukannya kerja secara siluman dengan diam-diam, ini malah celometan di media, minta fasilitas penyadapan seperti yang dipunyai KPK, minta kewenangan nangkap orang seperti yang dipunyai Polisi. Akibatnya, Kapolri Badroedin Haiti sempat berang dulu. Bukan hanya itu saja, Sutiyoso juga muring-muring karena BIN enggak boleh interogasi orang. Kewenangan penangkapan serta interogasi orang itu ya kewenangannya Kepolisian, BIN hanya menyajikan informasi saja yang akurat. Ngenes memang. Dengan disundulnya Budi Gunawan, aku yakin BIN akan sangat maju pesat dan berjalan sesuai tupoksinya dalam pelaksanaan tugas intelijen serta implementasinya dilapangan, karena Budi Gunawan lebih mengerti dan memahami peran intelijen negara dibandingkan Sutiyoso yang diangkat Jokowi hanya karena kasihan saja. Pola berpikir seorang Intelijen sejati adalah kecerdasan yang mencakup sejumlah kemampuan seperti kemampuan menyusup, menyamar, menyedot informasi sebanyak-banyaknya, melakukan penalaran terhadap situasi khusus, serta kemampuan melapor dengan menggunakan bahasa rahasia, bukan kemampuan celometan di media, mengeluh ini itu yang yang bikin jadi bahan tertawaan orang. BIN kok norak. Kira-kira begtu. Azas yang harus dianut oleh seorang Kepala BIN yang sejati yaitu profesionalitas, kerahasiaan, kompartementasi, integritas, netralitas, akuntabilitas, dan obyektivitas. Intinya, persoalaan intelijen adalah persoalan yang menyangkut kecerdasan dan kegesitan sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Kalau BIN dipegang oleh orang yang nggak tepat, bisa menimbulkan bahaya besar bagi negara ini. Pola operasional dan giat intelijen oleh Kepala BIN yang cerdas harus dilakukan secara terencana dan terarah untuk mencari, menemukan, mengumpulkan dan mengolah informasi, bukan minta kewenangan ini itu ke negara. Fungsi BIN dan Kepolisian itu saling keterkaitan yang erat satu sama lainnya. Kegiatan rahasia berupa pengamatan, penggambaran, penjajakan, dan pengumpulan informasi tanpa menimbulkan kecurigaan, serta kemampuan mengamati fenomena yang tak lazim dengan menggambarkan gejala-gejala yang diamati merupakan makanan sehari-hari Polisi. Jadi sudah cocok itu Budi Gunawan yang menghandle BIN. Dengan basis data yang lengkap yang dimiliki oleh Institusi Kepolisian dari Aceh sampai Papua, maka akan memudahkan seorang Budi Gunawan dalam kapasitasnya sebagai Kepala BIN untuk mengkoordinir proses sidik, lidik, dan penerapan investigasi dilapangan secara terorganisir dan profesional sesuai marwah BiN. Inti dan sasaran utama BIN dan Kepolisian itu searah dan sejalur, yaitu melakukan penyelidikan isu disintegrasi, separatisme, konspirasi politik, terorisme, narkoba, korupsi, konflik SARA, anarkisme, serta kejahatan terhadap negara dan korporasi. Jadi sudah cocok itu Budi Gunawan yang jadi Kepala BIN, karena latar belakang Kepolisiannya yang sudah melekat dalam kepribadiannya yang terbiasa dengan giat scientific investigation. Ini sudah barang tentu akan mendukung kinerja Budi Gunawan secara all out dilapangan, daripada Sutiyoso. Ya sudah itu saja. Salam mata-mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H