Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bikini Apanya yang Porno? Dasar Otak Kotor Penuh Maksiat! Jokowi, Mana Jokowi?

6 Agustus 2016   20:07 Diperbarui: 9 Agustus 2016   11:24 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pemegang kunci kerajaan sorga itu juga mempermasalahkan tulisan "Remas Aku" dikemasan itu yang dianggap porno. Darimana asumsi Remas Aku itu pornografi? Kecuali disitu ditulis Remaslah Pantatku, atau Remaslah Tetekku, itu baru pornografi. Kalau konten Remas Aku yang dimaksud adalah untuk meremas bihun sebelum disantap, apa itu termasuk pornografi?

Aku juga tak menampik kreatifitas ABG itu telah mengusik banyak orang, khususnya yang masih kaku dan konservatif soal pornografi. Namun apapun itu, seharusnya sebagai bagian dari elemen pemerintah, BPOM harus mengarahkan yang bersangkutan, misalkan menganti nama produk, mengganti kemasan, dan diberi tenggang waktu untuk memperbaiki. Bukan asal sita barang milik orang, kan kasihan modal yang telah dikeluarkan. Bikin kemasan itu pakai duit, bukan pakai daun pisang.

Negara kita ini memang negara yang paling aneh sedunia. Katanya mau mengembangkan wiraswata untuk menyundul pembangunan bangsa, tapi orang yang baru merintis usaha malah digerebek dan disita usaha mereka.

Dulu pernah ada orang Karang Anyar, Jawa Tengah, yang punya usaha perakitan TV yang komponennya diperoleh dari limbah-limbah elektronika. Hanya lantaran nggak ada label SNI, bukannya dibantu memberikan solusi, malah dibuat ribut dan dilarang melanjutkan usahanya, sampai-sampai 116 unit TV miliknya yang siap jual disita dan dibakar oleh Kejaksaan. Apa nggak sinting?

Negara Tiongkok bisa jadi macan Asia yang ditakuti Amerika setelah Jepang, karena semua warganya didorong pemerintah mereka agar punya industri rumahan. Usaha rumahan mayoritas warga Tiongkok dilindungi pemerintah mereka, dipinjami modal tanpa bunga, dan dikembangkan usaha mereka oleh pemerintah Tiongkok. Bukan kayak negara kita, orang baru merintis usaha, sudah digerebek, disita, dan asal main tuduh saja tanpa kajian linguistik oleh para ahli bahasa..

Kasihan para pelaku Industri kecil di negeri ini kalau diperlakukan macam begini terus menerus, dengan menunjukkan power dan arogansi kekuasaan, main sita, main gerebek, asal tuding menyebarkan pornografi. Lagian mana ada usaha makanan didunia ini yang menyebarkan pornografi? Logikanya dimana coba?

Masih untung sekalipun masih ABG tapi sudah pintar cari duit buat bantu orangtua, daripada terjerat narkoba atau terjerat prostitusi sehingga berpotensi dihabisi oleh pria hidung belang yang badannya bau ketek dan peltu (nempel metu), dimasukkan ke dalam koper, lalu dibuang dibawah kolong Tol.

Negara ini takkan pernah bisa maju manakala masih ada spesies manusia-manusia munafiqun pemegang kunci kerajaan sorga yang punya pola berpikir jaman Pithecanthropus Erectus yang kuno dan terbelakang itu. Di jaman reformasi yang kebablasan ini, sebentar-sebentar terdengar teriakan sesat, sebentar-sebentar terdengar teriakan ilegal. Inilah busuknya manusia Indonesia seutuhnya.

Disatu sisi Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia ingin agar pembangunan dilaksanakan disegala bidang, termasuk namun tak terbatas pada ekonomi kreatif, sampai-sampai mengeluarkan paket kebijakan ekonomi sampai jilid 12 segala plus Tax Amnesty itu.

Kejati dan Kapolda pun dimarah-marahin sama Jokowi karena dianggap menghambat pembangunan bangsa dengan mengkriminalisasikan kebijakan dan diskresi para kepala daerah, lha ini BPOM yang justru lebih parah kelakuan mereka yang memutilasi pergerakan pembangunan bangsa dengan semena mena harus ditegur juga dong.

Bagaimana rakyat bisa mendukung program-program Jokowi kalau orang yang baru merintis usaha untuk menyundul perekonomian bangsa, mengurangi jumlah pengangguran, malah disita, digerebek, dan dituding menyebarkan pornografi?

Mau jadi apa masa depan bangsa ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun