Anda masih ingat dengan ribut-ribut soal tenaga kerja asal Tiongkok yang dipekerjakan di Bayah, Lebak-Banten, dimana isunya tenaga kerja lokal digaji hanya Rp 70 ribu per hari, sedangkan tenaga kerja asal Tiongkok dibayar Rp 300 ribu per hari di PT Cemindo Gemilang, pabrik semen yang dibangun di Bayah, Lebak Banten itu?
Isu ini sempat mencuat ke permukaan dan menjadi isu nasional di awal-awal pemerintahan Jokowi dulu dengan tudingan miring bahwa pemerintah saat ini lebih mengedepankan kepentingan Tiongkok daripada kepentingan rakyatnya sendiri.
Tahun lalu aku mengunjungi Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Enam jam perjalanan dari Jakarta melalui jalur Pelabuhan Ratu. Banyak hal menarik yang ku temui disana terkait dengan isu "aseng" dan kesenjangan sosial antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asal Tiongkok di PT Cemindo Gemilang itu.
Pabrik ini luasnya 500 hektar, dengan total kawasan seluas 300,000 hektar, dan satu-satunya proyek MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) di kawasan selatan Banten.
Nilai investasinya sangat besar, lebih dari US$ 600 juta dan menyerap 4.000 tenaga kerja. Saat ini PT Cemindo Gemilang sedang giat-giatnya melakukan finishing tahap akhir, di antaranya penyelesaian instalasi conveyor dan pelabuhan Port Jetty itu.
Untuk kebutuhan air, mereka bangun Water Treatment Plant (WTP) sendiri. Untuk kebutuhan listrik, mereka juga bangun PLTU sendiri untuk memasok sumber energi listrik ke pabrik dan pelabuhan mereka.
Mulai dari makan minum mereka, tempat tinggal mereka di dormitory, sampai urusan laundry, semuanya ditanggung sepenuhnya oleh PT Cemindo Gemilang yang sudah masuk dalam satu paket pembayaran ke PT Sinoma dan PT. China Harbour itu.
Saban hari mereka direcoki oleh LSM-LSM setempat yang datang minta uang dengan ancaman akan mengerahkan massa untuk demo kalau permintaan mereka tak dipenuhi. Bagaimana orang bisa menjalankan usaha dengan nyaman kalau tiap hari diganggu terus.
Mulai dari warung-warung makan, toko-toko, sampai mini market mulai banyak ditemukan di Bayah yang dulu saking sepinya orang bilang tempat jin buang anak. Isu kesenjangan sosial itu sengaja digoreng sedemikian rupa oleh LSM setempat untuk memeras PT Cemindo Gemilang secara terselubung.
Inilah jeleknya orang kita, di saat wilayah mereka mau disundul perekonomiannya, malah direcoki macam-macam oleh para LSM-nya yang bermunculan bak jamur di musim hujan sejak pabrik semen itu dibangun di sana.
Kita harus jeli dan jangan mau termakan oleh yang namanya hasutan. Perkara hasut menghasut adalah perkara yang mudah dilakukan, akan tetapi sebagai manusia yang punya akal budi dan hikmat, sejatinya belajar menghindari keinginan-keinginan kosong berbuih sifat kemrungsung yang bergelojotan penuh kemunafikan.
Ya sudah itu saja.
Majulah bangsaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H