Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Donasi Tembus Rp 265.534.758, Ibu Eni Sudah Bisa Buka Restaurant

12 Juni 2016   16:48 Diperbarui: 12 Juni 2016   22:45 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Salah satu Rumah Makan Padang yang tetap buka disiang hari di Jakarta Selatan (Dok.Pri)"][/caption]Inilah dasyatnya dunia Netizen, dijaman yang serba Android dan IOS ini, aparatur negara jangan coba-coba arogan dan bertindak semau-maunya. Dengan adanya penggalangan dana secara spontan oleh para Netizen yang iba melihat kondisi ibu Eni, pemilik warteg yang dirazia Satpol PP Serang Banten, baru semua mata terbuka.

Ramai-ramai tampil menjadi pahlawan kesiangan. Mulai dari Mendagri Tjahjo Kumolo, Gubernur Banten Rano Karno, sampai Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, bahkan juga Wapres Jusuf Kalla, semuanya pada angkat bicara mengecam aksi Satpol PP yang songong itu. Coba kalau kasus ini tidak dibuat heboh oleh Netizen, memangnya akan ada suara-suara kecaman mereka itu? Sudah barang tentu tidak lah yauw.

Tapi memang negara kita ini negara yang rada-rada aneh kok. Padahal sudah jelas negara ini negara Pancasila, bukan negara agama, kok bisa-bisanya ada Perda yang melarang orang berjualan disiang hari selama bulan puasa.

Bukan hanya di Serang saja yang warung makan dirazia satpol PP, di Bogor malah lebih konyol lagi, 13 orang yang kedapatan makan disiang hari ditangkap dan dibawa petugas ke Kantor Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, dan dihukum push up.

Gila ya, urusan ibadah puasa itu kan ranah pribadi tiap orang. Urusan masing-masing orang dengan Tuhan. Kecuali orang lain yang nggak puasa atau orang lain yang buka warung disiang hari, mereka yang masuk neraka, itu lain cerita.

Trus gimana dong dengan orang yang tidak berpuasa karena satu dan lain hal, misalnya mengidap penyakit maag akut, sakit lambung, ibu hamil, ibu menyusui, dan sakit penyakit lainnya yang diderita sehingga mengharuskan orang tersebut harus makan.

Dan bagaimana juga dengan yang non muslim yang tinggal didaerah-daerah saklek tersebut, masa tidak boleh makan disiang hari? Perda yang aneh.

Orang tuh ya kalau puasanya bener, ada orang makan didepan matanya pun tak akan membuatnya bergeming dengan niatan ibadah puasanya itu. Kalau puasa tak ada godaan, ya namanya bukan puasa, mending semedi saja sekalian.

Janganlah sampai sebegitunya, masa iya kalau warung buka disiang hari, lantas bikin orang jadi pada batal puasa? Kalau memang demikian, Itu artinya orang yang batal puasa karena melihat warung buka adalah jenis orang-orang yang hanya terpaksa saja menjalankan ibadah puasa, ibaratnya ikut rame doang karena malu dilihat tetangga kok enggak puasa siihh boss?

Gegara aturan Perda yang lebay itu, kini petugas satpol PP Serang Banten itu kena batunya. Yang jelas mereka pasti dimarahin habis-habisan sama atasannya karena gegara ulah mereka, kasus razia itu jadi isu nasional dan menimbulkan kegaduhan baru.

Padahal bukan salah mereka juga. Para Satpol PP itu hanya menjalankan tugas saja sesuai aturan Perda yang ngaco itu. Yang harus diberangus itu aturan Perda yang sembarangan dan tak sesuai dengan kaidah-kaidah keberagaman di negeri ini.

Para Netizen yang kesal dengan ulah Satpol PP yang tak menunjukan perilaku Bhineka Tunggal Ika itu akhirnya saweran buat ibu Eni yang peralatan masak, sayur mayur dan lauknya dimasukkan kedalam plastik, lalu disita petugas Satpol PP tanpa ampun.

Si ibu itu jelas saja kebingungan dan ketakutan. Ia hanya bisa menangis karena satu-satumya mata pencahariannya itu direnggut paksa. Kisah ibu Eni ini persis seperti cerita di sinetron-sinetron, dimana diakhir cerita  pihak yang menzolimi akhirnya keok dengan yang terzolimi.

Saat ini donasi yang digagas netizen Dwika Putra di akun Twitternya itu untuk membantu ibu Eni sudah tembus Rp 265.534.758 dengan total 2,427 Donatur. Artinya tiap Donatur menyumbang Rp 100 ribu lebih. Dengan uang sebanyak itu, ibu Eni sudah bisa buka usaha Restaurant.

Namai saja Retaurant itu, "Restaurant Bhineka Tunggal Ika", bilamana perlu peresmian Restaurant itu undang sekalian Rano Karno selaku Gubernur Banten, Walikota Banten Tubagus Haerul Jaman yang menerapkan Perda aneh itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, MUI, dan Presiden Jokowi untuk gunting pita.

Biar mantap itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun