Coba saja lihat dijalanan Jakarta saat ini sangat banyak sekali mobil murah alias Low Cost Green Car (LCGC) yang berkeliaran dijalanan, mulai dari Agya, Ayla, sampai Nissan Go memenuhi jalanan Jakarta sehingga kemacetan pun tak terhindarkan.
Aku ingat dulu ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI yang menentang keras mobil murah karena hanya tambah bikin macet Jakarta saja. Ya iyalah, orang lebih cenderung memilih naik mobil pribadi daripada naik transportasi umum karena naik kendaraan pribadi selain lebih aman dan nyaman pun juga lebih bergengsi.
Akibatnya di ruas-ruas jalanan di Jakarta saat ini semakin hari semakin semrawut saja akibat banyaknya mobil murah. Mulai dari karyawan dan karyawati yang masih lajang dan gajinya diatas Rp 5 juta per bulan, daripada kredit sepeda motor lebih baik kredit mobil murah karena DP hanya Rp 12 juta saja, cicilan per bulannya pun cuma Rp 2 juta doang.
Bahkan banyak juga yang sudah berkeluarga walaupun rumah masih ngontrak tapi punya mobil Agya. Bukannya mikirin punya rumah dulu kek, ini malah kredit mobil dulu. Kan lucu.
Sekalipun macet, itu pun masih bisa terhibur dengan musik dalam mobil sambil bermedsos ria sambil selfie pakai kaca mata hitam lebar, smile, dan dua jari di acungkan dengan gaya lidah yang dipelintir ke kiri dan ke kanan lalu diunggah ke Facebook, Instagram, dengan status yang narsis abis. Amit-amit.
Bagi yang masih single, kalau punya mobil sendiri, walaupun bawaannya Agya, Ayla, atau Nissan Go, cari pacar juga lebih mudah dapatnya daripada naik motor Honda Scoopy. Cewek mana di Jakarta saat ini yang mau berpanas-panas ria dan kehujanan naik sepeda motor. Sorry yee, bukan level gue, begitu mereka bergumam dalam hati.
Bukan hanya Marzuki Ali saja yang bilang begitu, akan tetapi Wakil Presiden Boediono juga dengan gampangnya bilang bahwa mobil murah ini paling hanya menambah 3 persen saja kok dari jumlah kendaraan yang ada saat ini. Boediono mewanti-wanti tak boleh menghambat orang beli mobil. Kemacetan tak boleh diatasi dengan mengorbankan kepentingan industri yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian.
Yang lebih miris lagi, pihak Kementerian Perindustrian justru menerbitkan peraturan keringanan pajak terhadap pajak mobil murah serta pembebasan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).
Makanya aku bilang, selagi mobil murah ini masih berkeliaran di Jakarta, maka kota Metropolitan ini akan tetap macet, sekalipun jalan-jalan diperluas, ruas tol ditambah, ya percuma lah wong mobil murah makin hari makin nambah kok.
Ya sudah itu saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI