Ia tampak meneliti sesaat batu Bacan aku itu.
"Udah cakep nih bang Bacannya. Udah tembus dan kristalnya udah mau keluar". Ia menyenter batu Bacan aku dengan senter kecil dari bawah ikatan cincin.
"Sudah lama itu, bro. Sudah setahun lebih ku pakai", jawab ku.
"Kalau dijual harganya tinggi nih, bang. Bacan mah harganya tetap stabil", sembari ia melepas batu Bacan itu dengan ketokan palu kecil dari ikatan cincin dengan hati-hati dan perlahan-lahan.
Sambil menunggu ia memoles batu Bacan aku, aku lalu jalan-jalan keliling melihat-lihat pedagang batu Akik lainnya sembari nanya ini itu kok batu Akik masih ramai saja ini.
Salah satu pedagang yang ku tanyai menjelaskan kenapa batu Akik tak pernah mati musimnya karena sejak jaman dulu kala orang sudah pakai batu Akik. Beda dengan orang yang hobi pelihara burung dan ikan hias, hanya musiman saja dan juga ada batasan umur, sedangkan batu Akik justru semakin tua semakin indah.
Ya sudah itu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H