Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

AKBP Untung yang Tak Tahu Diuntung Akhirnya Tampias Kena Uppercut Kapolri Badrodin Haiti

10 April 2016   15:19 Diperbarui: 14 April 2016   16:44 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu lagi Polisi kurang smart yang tampias akibat gagal pencitraan. Gegara sok-sokkan pencitraan di media, jabatan Kapolres pun melayang. Kapolri Badrodin Haiti yang kesal setengah mati dengan ulah konyol anak buahnya, AKBP Untung Sangadji, yang mendiskreditkan dirinya di media, akhirnya mencoret namanya dalam daftar calon Kapolres.

Maksud hati nyabok nyilih tangan, apa daya tampias sendiri. Sakitnya tuh disini (sambil nunjuk pistol kebanggaannya yang bergambar tengkorak dan malaikat itu).

"Itu namanya enggak bersyukur dia. Kita sudah rencanakan dia jadi Kapolres. Tapi kalau begitu ya saya coret saja", ujar Kapolri Badrodin Haiti kesal.

Usul buat pak Kapolri, jabatan Kapolres jatahnya AKBP Untung Sangadji iitu sebaiknya diberikan kepada AKBP Albert Neno saja yang telah sukses bikin anggota DPR RI, Herman Hery, yang tukang maki itu tobat tujuh turunan bikin ulah lagi.

Mungkin dipikirnya habis bicara begitu di media, besoknya jabatannya langsung dinaikkan sama Kapolri. Ternyata justru yang terjadi sebailknya. Makanya jadi orang jangan pecicilan. Mulut itu dijaga.

Dulu itu ya aku sangat terkesan sekali dengan aksi heroiknya yang menembak mati salah satu teroris di Starbucks Sarinah. Dalam hati aku bergumam, ini orang karirnya pasti akan cemerlang di Kepolisian.

Tapi setelah melihat reaksinya yang mendiskreditksn Kapolri di media, aku jadi terheran-heran, lho kok jadi begini? Namanya juga aparat keamanan, ya sudah tanggungjawabnya dong memberantas segala macam bentuk kejahatan.

Ini sama saja kerja tapi pakai pamrih, tak ada bedanya dengan Bounty Hunter, sehingga masyarakat sipil pun akhirnya mengambil kesimpulan sendiri ternyata Polisi tuh ya kalau kerja pasti selalu ada maunya, padahal enggak semua Polisi begitu.

Apa-apa berharap pangkatnya dinaikan, sekalipun prestasi itu dilakukan bersama-sama secara team work, seperti sundulannya Kombes Krishna Murti, yang meng-uppercut keluh kesah rintihan hati yang menyayat kalbu si AKBP Untung Sangadji ini di media.

Si ganteng yang karirnya makin tokcer itu menasihati Untung Sangadji bahwa keberhasilan menangani teroris di Sarinah itu karena hasil kerja keras team work, bukan keberhasilan Untung Sangadji seorang. Kerja yang ikhlas saja karena memang sudah kewajiban Polisi begitu. Dan juga penghargaan itu yang penting dari Tuhan, bukan dari manusia. Ini baru benar, salut aku sama The New Rising Star di Korps Bhayangkara itu.

Soale citra Kepolisian selama ini menjadi buruk rupa akibat ulah busuk para Polantas pada umumnya di jalan raya yang suka tilang sembarangan demi Rp 20 ribu, ini ditambah lagi dengan ulah uring-uringannya AKBP Untung Sangadji, justru hanya menambah daftar panjang oknum Polisi yang membuka aib Institusinya sendiri.

Coba mikir, masa seorang Polisi yang berpangkat AKBP dengan entengnya umbar statement ke publik bahwa Kapolri tak punya hati nurani karena enggak menaikan jabatannya padahal ia sudah menembak mati satu teroris di Sarinah. Pantas enggak tuh ngomong begitu?

Kalau begitu semua anggota Densus 88 dinaikkan saja jabatan mereka karena mereka yang selama ini paling berjasa menembak mati ratusan teroris dimana-mana yang lebih ganas dari para teroris kelas ayam sayur di Sarinah itu.

Apa karena si Untung Sangadji ini mau nyalon jadi Bupati, maka sudah mulai berani melawan Kapolri? Ibarat kata nothing to loose lah, enggak dapat jabatan bergengsi di Kepolisian, tapi jabatan Bupati sudah menanti didepan mata.

Justru dengan cara abunawas macam begitu itu hanya akan bikin hancur karirnya saja. Orang akan berpikir seribu kali memilih calon Bupati yang kerja pakai pamrih. Parpol yang menyundulnya menjadi Bupati pun akan berpikir dua ribu kali menyundul calon Bupati yang namanya sudah kadung tercemar itu.

Ini pelajaran bagi kita semua, jadi orang mbok ya jangan petakilan seolah-olah tak percaya pada nasib, take and give minded, apa yang di berikan harus ada timbal balik yang menguntungkan sekalipun itu adalah tugas pokok sesuai SOP dalam pekerjaan.

Nasib dan karir itu sudah ditentukan oleh Yang Di Atas. Mau jungkir balik macam manapun, kaki diatas kepala dibawah kek, kalau belum saatnya ya enggak akan bisa. Intinya kerja yang keras, ukir prestasi, bekerja tanpa pamrih, dan menahan diri memelintir lidah, niscaya nasib baik akan berpihak kepada kita.

Kurang lebih begitulah. Aku bosan dengan pencitraan yang palsu, lebih baik memihak yang asli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun