Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hentikan Bullying Pak Faisal Basri Soal Sesat Pikir Jokowi

15 Februari 2016   19:37 Diperbarui: 19 Agustus 2016   20:47 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak pak Faisal Basri memposting paket tulisan serial tentang sesat pikir Jokowi, banyak para fanatik buta Jokowi Lover yang merasa gerah dan menghakimi pak Faisal Basri semau-maunya seolah-olah mereka yang paling benar, seolah-olah mereka yang paling pintar, Jokowi tak boleh dikritik, orang lain yang mengkritik Jokowi salah semua.

Setiap orang di Kompasiana bebas menginterpretasi apa yang ada dalam isi kepala mereka kedalam bentuk tulisan dengan konsep dan pandangan yang berbeda-beda di alam pikirannya. Begitu pula pak Faisal Basri, hak bagi beliau untuk menulis disini apa yang dirasanya sesat terkait manuver-manuver Jokowi dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai Presiden.

Hak pula bagi beliau menggunakan parameter konsep dan pandangannya untuk mengukuhkan hak intelektualitasnya yang notabene merupakan hak prerogatifnya untuk mengkritisi pola kebijakan Jokowi dalam membawa bahtera besar yang bernama Indonesia ini agar selamat sampai ke tujuan.

Jika kalian adalah tipikal Pembaca yang cepat tersinggung dan fanatik buta terhadap sosok seorang Jokowi, sehingga mulailah bermanuver dengan saling nyinyir, saling sindir secara halus, dan lebih fatal lagi saling perang postingan demi membela Jokowi yang sudah jadi Presiden itu yang kalian agul-agulkan dengan jumawa secara membabi buta, mau jadi apa masa depan bangsa ini? Aku tanya sekali lagi, mau jadi apa masa depan bangsa ini?

Di Media Sosial manapun, termasuk di Kompasiana ini, setiap orang bebas menulis tanpa ada batasan, namun alangkah baiknya pahami dulu apa maksud sesungguhnya yang ingin disampaikan seseorang dalam tulisan-tulisannya sebelum kalian memberikan penilaian, apalagi sampai semena-mena mengetukkan palu vonis penghakiman tanpa punya niatan untuk memaknai makna tersirat yang ingin disampaikan oleh penulisnya didalam tulisan-tulisannya.

Jangan karena kalian mengidap sindrom penyakit fanatik buta yang susah sembuhnya itu, lantas tanpa berpikir panjang mengambil kesimpulan dan memvonis beliau sesat dan salah kaprah terkait apa yang beliau tulis dalam serial sesat pikir Jokowi, karena merasa diri kalian yang paling pintar dan paling benar, orang lain salah semua. Memangnya kalian itu siapa?

Karena apa yang menurut kalian pak Faisal Basri itu salah kaprah, belum tentu orang lain menganggapnya demikian. Begitu pula sebaliknya. Satu hal lagi yang harus kalian pahami, warna Kompasiana ini adalah keberagaman. Kalau bisa hidup sehat, kenapa harus pilih sakit?

Memang tak ada salahnya menyanggah tulisan orang lain, itu hak prerogatif kalian. Namun kalau itu dilakukan secara berjemaah, satu dua memulai, yang lainnya latah ikut-ikutan menyerang pak Faisal Basri, justru hanya merusak tatanan Demokrasi yang sudah berjalan dengan baik selama ini. 

Diskriminasi memang ada dimana-mana dalam segala bentuk di segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara. So please, jangan memaksakan kehendak kalian semau-maunya bahwa semua orang harus setuju dengan Jokowi, jangan memaksakan apa yang ada dalam kepala orang lain harus sama seperti apa yang ada dalam batok kepala kalian.

Apa jadinya dunia ini jika tak ada perbedaan? Apa jadinya kehidupan ini jika semua orang dipaksakan harus sama dengan pola berpikir kalian? Mau jadi apa nasib bangsa ini?

Dibelahan dunia manapun, perbedaan pandangan dan pola pikir sudah pasti akan ada karena masing-masing orang punya persepsi, masing-masing orang punya cara pandang yang berbeda, masing-masing orang punya pemikiran menurut ukuran dan standard mereka masing-masing.

Singapura dan Malaysia bisa begitu cepat maju dan menjadi negara yang relatif kaya karena mereka menghargai perbedaan. Yang ribet itu orang Indonesia pada umumnya. Bebal. Keras kepala. Gila hormat. Suka latah dan kesurupan.

Dalam upaya agar bangsa ini menjadi maju dan beradab diantara bangsa-bangsa, sila kelima Pancasila tetap dipertahankan, dan tetap akan ada sampai akhir hayat dikandung badan. Bukan berarti Pancasila tak pernah ditawarkan ke luar negeri, pernah berkali-kali, bahkan oleh Megawati.

Dibawa ke Cina dan disana dipresentasikan, lengkap dengan puja-puji bahwa inilah landasan berbangsa yang mumpuni sehingga Indonesia bisa begitu aman, damai sentosa, tenteram senantiasa, sehingga produk dari Cina pun akhirnya membanjiri pasaran sampai detik ini.

Sudahlah kawan, kalau kalian adalah tipikal Kompasianer yang rapuh, mudah terganggu dengan tulisan-tulisannya pak Faisal Basri yang tak sesuai dengan selera dan keinginan hati kalian, ya sudah tak usah dibaca. As simple as that.

Masih banyak tulisan-tulisan lainnya di Kompasiana ini yang lebih bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi kalian. Jangan paksakan diri keminter, karena justru hanya akan menjadi bahan tertawaan (dalam hati) bagi orang yang lebih pintar dan lebih cerdas dari kalian.

Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan pemahaman yang baik dan pencerahan kepada para Pembaca Kompasiana yang budiman, dan hentikan bullying kepada pak Faisal Basri. Jadi orang yang biasa-biasa saja, enggak usah lebay. Berikan kesempatan kepada beliau untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi bangsa dan negara ini melalui pemikiran-pemikiran beliau yang spektakuler dan cemerlang.

Ya sudah itu saja.

Salaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun