Dulu Adolf Hitler pernah berkata bahwa jika Anda sebarkan kebohongan secara terus-menerus setiap hari, maka kebohongan itu akan berubah menjadi kebenaran. Dalam konteks ini, jika faktanya 1+1=2, akan tetapi manakala 250 juta penduduk Indonesia setiap hari berkata bahwa 1+1=3 demi Jokowi, maka 1+1=3 akan dianggap sebagai suatu kebenaran. Apakah kita mau hidup seperti itu? Tentu saja tidak, bukan?
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara yang baik untuk berjuang meluruskan mindset yang salah kaprah bahwa yang benar itu 1+1=2. Kecuali kalau kita mau dibutakan oleh hati nurani untuk mengelak dari kebenaran tersebut.
Kritik terhadap pemerintah adalah kewajiban setiap warga negara. Pemerintahan yang menolak dikritik adalah pemerintah yang mempecundangi rakyatnya sendiri, yang justru hanya melumer asa demi terciptanya pemerintahan yang bersih dan berkedaulatan berazaskan keadilan yang merata di negeri zamrud khatulistiwa ini.
Perjalanan memimpin bangsa yang besar ini dengan berbagai kemajemukanya lapisan masyarakat mulai dari pola berpikir, latar belakang pendidikan, dan budaya, tak semudah membalik telapak tangan, tak semudah janji demi janji yang dilontarkan selama masa kampanye pilpres dulu, tak semudah pula memvonis bahwa rakyat yang kritis adalah bagian dari rakyat yang belum move on.
Biarlah politik bertumbuh dan berkembang dengan sendirinya sesuai proses dialam demokrasi ini. Oleh karena itu, jangan pernah gentar mengkritik tajam pemerintah dan menyuarakan kebenaran, karena kalau bukan kita yang melakukannya, lantas siapa lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H