Bukan karena aku tak punya jiwa Korsa sebagai sesama pendukung Prabowo Subianto ya, tapi jujur saja sejak kasus Freeport Gate (Aku lebih suka pakai istilah Freeport Gate daripada istilah Papa Minta Saham) ini melenting ke permukaan, entah kenapa aku kok ya akhir-akhir ini merasa selalu saja ada ganjalan dalam hati dan kurang sreg dengan sepak terjang si Setya Novanto itu.
Lagipula ngapain juga aku harus bela dia mati-matian, memangnya dia itu siapa? Nggak ada untungnya bagi aku. Yang aku bela cuma Prabowo Subianto doang. Kalau Setya Novanto ini kan hanya salah satu kader gerbong partai yang masuk dalam koalisi KMP saja, enggak ada urusan itu bagi aku.
Yang bikin aku enggak sreg dengan si Setya Novanto ini, yang pertama, dalam dua kali pertemuannya dengan Boss Freeport, Maroef Sjamsoeddin, ia bawa The Master of Puppet yaitu si pengusaha swasta yang licik bagai ular, namun tak tulus seperti merpati, si Riza Chalid itu.
Dengan cara model begitu, motifnya sudah jelas, pertemuan itu murni bisnis daripada sekedar mengurus negara (sesuai istilahnya). Dua kali ia bawa si Riza Chalid itu bertemu Maroef Sjamsoeddin, apa hubungannya coba? Korelasinya untuk mengurus negara itu dimana? Kalau aku yang jadi Ketua MKD, sudah babak belur orang ini ku bikin sampai tinggal ampasnya saja.
Sejak ia didapuk jadi Ketua DPR RI secara siluman, apa sumbangsih Setya Nobanto untuk mengamankan kepentingan gerbong KMP dan Prabowo Subianto? Enggak ada, bukan? Yang ada justru berbagai polemik timbul silih berganti sehingga bikin Prabowo Subianto tambah babak belur. Di pilpres sudah babak belur, kini tambah babak belur pula akibat ulah reseh si Setya Novanto ini.
Yang kedua, si Setya Novanto ini adalah murni Businessman daripada fungsinya yang sebagai wakil rakyat itu. Coba Anda bayangkan, empat periode iaenikmati kursi wakil rakyat itu, rakyat yang manakah yang telah ia wakili? Lantas apa yang telah diperoleh rakyat yang katanya ia wakili itu? Enggak ada, bukan?
Dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat, si Setya Novanto ini mewakili Dapil NTT Dua yang meliputi pulau Timor, Rote, Sabu, dan Sumba. Lihai juga politikus yang satu ini, Dapilnya yang ia pilih itu propinsi yang jauh dan terpelosok supaya aman dari sorotan.
Tapi ya namanya juga Businessman yang memanfaatkan politik sebagai gerbong untuk memperoleh keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya, maka dimana kukunya mencengkram, disitu ia olah dengan lihai, karena otak bisnisnya jalan.
Bagi Anda yang belum tahu, asset dan kekayaannya di NTT itu meliputi Novanto Center yang mewah di wilayah Kelapa Lima, Kota Kupang, Rumah Tenun NTT di Kelurahan Maulafa yang dikelola istrinya, Deisti Novanto.
Selain itu, Setya Novanto ini juga punya Hotel Bintang Lima di Labuan Bajo yang nilai investasinya fulusnya tembus sampai Rp 120 miliar. Bukan hanya itu saja, Setya Novanto juga memiliki asset lainnya berupa Sentra Agrobisnis di Manusak, Kabupaten Kupang.
Yang lebih mantafs lagi, si beliau ini bahkan punya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kawasan Industri Bolok, Kupang, serta pabrik garam di NTT. Padahal rakyat NTT yang ia wakili itu masih hidup dibawah garis kemiskinan dan serba kekurangan. Ironis, bukan?
Yang ketiga, dari sepak terjangnya selama ini, aku mengamati sepertinya ada agenda terselubung yang ia perjuangkan untuk kepentingannya dirinya semata, yaitu keinginannya untuk menjadi Ketua Partai Golkar yang belum tercapai. Kalau jadi Ketua DPR RI sudah ia peroleh dengan cara yang licik, tinggal selangkah lagi untuk menyongsong masa depan yang lebih tokcer, yaitu menjadi Ketua Umum Partai Golkar.
Dan bila suatu saat nanti upayanya menjadi Ketua Umum Golkar itu berhasil ia raih dengan genilang, maka tinggal selangkah lagi niatnya untuk menjadi Presiden RI akan tercapai. Aku tak bisa bayangkan jadi apa itu Freeport kalau Setya Novanto ini yang jadi Presiden RI.
Tuhan Maha Besar, lawatan Tuhan sungguh luar biasa. Sebelum negara ini porak poranda, segala kebobrokan dimunculkan ke permukaan dengan sejelas-jelasnya sebagai peringatan kepada bangsa ini supaya waspada, mawas diri, dan melek mata.
Sebenarnya sih ya sah-sah saja tiap orang punya ambisi jadi RI 1. Aku juga mau kok. Akan tetapi kalau cara yang dipakai dengan cara-cara rusuh seperti ini dengan mementingkan kepentingan pribadi diatas segala-galanya sehingga ujung-ujungnya justru hanya mengorbankan kemaslahatan rakyat kecil, mau jungkir balik kepala dibawah kaki diatas pun enggak bakalan dapat Ridho dari Yang Di Atas. Serius ini aku bilang.
Jadi biarpun aku ini pendukung Prabowo Subianto, tapi jujur saja aku enggak sreg dengan si Setya Novato ini. Bodoh amat lah, mau dia dibela Faddly Zon kek, aku enggak perduli. Memangnya Fadly Zon itu yang mulia junjungan ku? Ta u u lah yauw.
Lagipula, bukan aku doang yang enggak suka dengan ulah Setya Novanto ini, banyak kok pendukung Prabowo Subianto lainnya yang juga kesal setengah mati, dan tak suka dengan cara-cara akal bulus Setya Novanto ini, salah satunya yaitu politikus Partai Gerindra, yang juga merupakan anggota Komisi III DPR RI asal Fraksi Gerindra, Desmond J. Mahesa., yang meminta Setya Novanto segera mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI, itu pun kalau dia masih punya rasa malu.
Aku berdoa siang dan malam semoga si Ketua DPR RI itu segera ditendang dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI, dan diganti dengan orang yang lebih relevan dan mampu menjadikan Dewan Perwakilan Rakyat itu dihargai dan dihormati rakyat sebagaimana fungsi dan tanggungjawab moral mereka.
Asal jangan si Ruhut Situmpul itu saja yang jadi Ketua DPR RI, aku sangat sangat tak setuju sekali. Sepak terjangnya dengan memanfaatkan Freeport Gate ini ujung-ujungnya sudah jelas, yaitu untuk menyundul citra Partai Demokrat yang sudah punah itu agar melenting kembali ke permukaan.
Ini orang enggak sadar-sadar bahwa masanya Partai Demokrat itu sudah binasa, sudah tak ada gregetnya lagi. Jadi sekalipun si Ruhut Situmpul itu koar-koar sampai mulutnya berbusa pun, tetap saja enggak bakalan ngefek.
Dulu Jokowi dia hina-hina ketika nyapres dulu. Disaat aura kemenangan Jokowi sudah terpampang didepan mata, dia balik haluan memuji-muji Jokowi, bilang Jokowi bapak bangsa lah, dipilih Tuhan lah, dan puja puji lainnya yang memabukkan dan merontokkan tulang.
Coba kalau Prabowo Subianto yang menang jadi Presiden RI, pasti dia akan bilang hal yang sama bahwa Prabowo bapak bangsa lah, patriot bangsa lah, dipilih Tuhan untuk memimpin negara ini lah, preettt banget tuh orang. Dasar bunglon ya begitu itu modelnya.
Kembali ke soal Setya Novanto ini, aku sih ya berharap agar sidang MKD itu dijalani dengan fair dan segera memutuskan pencopotan jabatan Setya Novanto dari Ketua DPR RI dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya. Lengser keprabon dengan legowo itu jauh lebih terhormat, daripada dilengserkan secara paksa dengan cara-cara yang bikin hilang harga diri.
Kira-kira siapa ya yang cocok jadi Ketua DPR RI menggantikan Setya Novanto itu? Bingung aku, nggak ada yang benar sih para Wakil Rakyat itu.
Ya sudah itu saja unek-unek aku kali ini. Intinya, sebagai pendukung Prabowo Subianto, enggak usah norak lah bela mati-matian orang-orang KMP yang pada enggak beres itu. Yang patut kita bela itu Prabowo Subianto yang sudah babak belur sampai tumbang tak berdaya semasa Pilpres dulu, kini tambah bonyok babak belur lagi akibat ulah busuk manusia-manusia tipikal parasit macam si Setya Novanto itu.
Semoga tulisan ini mencerahkan bagi para sidang pembaca yang terhormat, kalau enggak, ya sudah di skip saja, bagi aku nothing to loose lah (no preettt at this time).
Peace and justice for all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H