Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ini Kritik Keras Aku Teruntuk Para Team Admin Kompasiana

27 Juli 2015   06:19 Diperbarui: 26 April 2016   08:51 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kebiasaan buruk team admin baru yang berjumlah 30 orang yang masih ijo itu, yaitu setiap kali dikritik tajam, dikomplen keras, ujung-ujungnya tulisan-tulisan bagus yang terbaru dari para pengkritiknya jangan harap disundul ke kolom Artikel Pilihan lagi sama mereka.

Gerakan siluman ini bukan barang baru lagi bagi aku, karena aku sudah hafal luar kepala kelakuan para admin newbie yang dodol itu. Sudah ku sentil sekeras-kerasnya ditulisan-tulisan aku sebelumnya, namun tetap saja masih belum siuman juga.

Oleh sebab itu, untuk menetralkan asam lambungku yang semakin hari semakin akut, maka ini counter measure aku sebagai bahan pembelajaran bagi para admin dodol itu supaya kalau kerja mbok ya yang profesional sedikit.

Dulu itu ya ketika pekerjan Admin masih dihandle sama Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnaen, dan Mas Nurul, enggak begini ini modelnya. Para punggawa Kompasiana itu sudah kenyang makan asam garam dan tahan banting, dikritik sekeras apapun, dicaci maki sekasar apapun, namun mereka tetap profesional dalam bekerja, karena yang mereka nilai adalah tulisannya, bukan orangnya.

Beda dengan Admin pendatang baru saat ini yang masih ijo, belum tahan banting, cengeng dan kekanak-kanakkan, belum banyak mengenal karakter Kompasianer senior yang super kritis dan super nyinyir macam aku ini. Mereka belum kenal Kompasiana, Mawalu ini sudah kritis dan brutal embat sana sini malang melintang di Kompasiana ini saban hari sejak bulan Oktober tahun 2011 yang silam.

Boss, kalau ente dikritik jangan lantas dendam kesumat, lalu mulai menerapkan gerakan siluman mengancing tulisan-tulisan bagus  orang yang kritik kalian dengan keras. Dan cadas. Bikin artikel itu bukan hal yang mudah, butuh kejelian, butuh tenaga, butuh biaya, emosi yang terlibat, dan menguras pikiran.

Kalau tulisan bagus lalu enggak ente highlight karena baru saja habis kena embat dikritik pedas habis-habisan, itu namanya kurangajar dan kekanak-kanakan. Dan kalian belum pantas melakukan pekerjan ini sebagai Admin Kompasiana.

Kalau tulisan jelek, asal tulis, asal kejar target 1 hari 1 tulisan, asal bikin tulisan supaya bisa berhaha berhihi dan berwakaka berwekeke di kolom komentar,  No problem at all kalau hanya lewat saja.

Tapi kalau tulisan-tulisan bagus yang bernas dan bergizi tinggi bagi ilmu pengetahuan dan informasi, lalu kalian kancing sedemikian rupa karena Kompasianer yang bersangkutan keseringan kritik kalian, mau jadi apa Kompasiana ini kedepannya? Aku tanya sekali lagi, mau jadi apa Kompasiana ini kalau perilaku kalian konyol macam begitu itu?

Pantas saja banyak Kompaianer senior berkualitas yang menghilang dari Kompasiana dan menulis ditempat lain karena kecewa dan sakit hati dengan ulah kalian. Supaya kalian tahu saja, kami-kami ini para penulis aktif di Kompasiana adalah asset Kompasiana.

Tanpa Kompasianer, Kompasiana ini akan mati. Tanpa kami menulis disini tak akan ada arus mainstream jumlah klik pengunjung yang sedemikian besarnya sehingga bikin blog keroyokan ini semakin terkenal hari lepas hari.

Jadi tolong dijaga asset yang ada, jangan sampai lepas lagi dan berhenti menulis di Kompasiana hanya gara-gara persoalan sepele lantaran sakit hati dengan ulah kalian yang  tak dewasa, konyol, dan kekanak-kanakan itu.

Aku berhak protes keras karena busuk-busuk begini aku juga punya andil di Kompasiana. Tulisan-tulisan aku dibaca ratusan ribu orang, dishare secara massive di Medsos-Medsos untuk menjadi bahan diskusi dan perdebatan, tulisan-tulisan aku dianalisis oleh para akademisi dan kaum intelektual di negeri ini, bahkan mantan Menteri pun menanggapi tulisan aku. 

Biar bengal begini, tulisan-tulisan aku selalu dinanti-nanti oleh banyak orang kapan aku rilis tulisan baru, karena ketikadnulis aku berusaha selalu jujur dengan diri sendiri dan apa adanya.

Bukan hanya itu saja, sudah ratusan orang yang akhirnya jadi Kompasianer aktif dan rajin menulis disini setelah mengenal Kompasiana dari tulisan-tulisan aku di Kompasiana, jadi tolong jangan situ semena-mena begitu.

Kalau kalian masih baru kerja di Kompaiana, minimal tanya-tanya sama senior kalian, Kompasianer A ini seperti apa, Kompasianer B ini orangnya bagaimana, dan seterusnya. Jangan bawa kebiasaan kalian dari luar atau dari tempat kerja yang lama ke Kompasiana, lalu main asal embat saja akibat dari ketidaktahuan dan kesembonoan kalian. Jadi orang mbok ya jangan sembrono.

Belajar dari senior kalian Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnaen, dan Mas Nurul itu. Dari jamannya Kompasianer Erianto Anas yang super nyinyir, Mad Mizan yang ceriwis nya minta ampun, sampai Kompasianer-Kompasianer super kritis, super bawel, namun mereka tetap tahan banting, kerja profesional. Sekalipun dicaci maki dari waktu ke waktu, tapi tak pernah mengancing tulisan orang.

Mereka tetap profesional dalam bekerja. Kalau tulisan bagus tetap mereka highlightkan dan mengHLkan tulisan tersebut  sekalipun baru habis dicaci maki secara brutal oleh Kompasianer yang bersangkutan karena yang mereka nilai adalah tulisanya, bukan orangnya.

Jamgan kalian kerja asal ikut maunya saja, menerapkan sistem Like dan Dislike yang memjijikkan itu. Kompasianer yang tak disukai, jangan harap tulisan-tulisan mereka disundul, namun Kompasianer-Kompasianer yang tak pernah protes, karena tak punya nyali dan tukang cari muka tipikal penjilat, selalu kalian sundul tulisan-tulisan mereka tanpa filter lagi.

Padahal enggak ada bagus-bagusnya tulisan mereka, baru baca satu paragraph saja, mata ini jadi 5 watt seketika, sok-sokkan pakai gaya bahasa mendayu-dayu, padahal menjijikkan dan boringnya minta ampun.

Yang lebih konyol lagi kinerja para admin newbie pendatang baru yang masih ijo itu, sekalipun tulisan alu ini dikomentari dan divote banyak orang, lalu secara otomatis masuklah ke kolom nilai tertinggi itu, maka secara siluman pula dalam hitungan detik, tulisan ini akan menghilang dari kolom Nilai Tertinggi itu karena para Admin dodol itu takut tulisan kritik ini dibaca banyak orang sehingga bisa berdampak menurunkan kredibilitas Kompasiana. Bukankah ini tindakan pengecut?

Jadi tolonglah yang profesional sedikit kalau kerja. Kalau memang kalian tak tahan dengan kritik dari para Kompasianer, sebaiknya resign saja dari sekarang dan cari kerjaan baru, daripada jadi beban bagi diri sendiri, dan menghambat kemajuan Kompasiana.

Dibiarkan-biarin kok makin lama semakin tak terkendali ulah para Admin newbie ini. Mau berhenti menulis dan beraktiftas di Kompasiana, aku enggak bisa, karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan Kompasiana.

Akhirnya ya begini ini, makan hati terus aku dari masa ke masa. Dikritik keras demi kebaikan Kompasiana, malah disalahartikan. Jadi orang sebaiknya jujur dengan diri sendiri, mengakui kekurangan dan kelemahan masing-masing. Kritik yang membangun adalah suplemen kehidupan, tolong jangan disalahartikan.

Kita disini saling memberi masukkan dan saling mengingatkan satu sama lain demi kebaikan Kompasiana juga, sekalipun dengan cara yang keras dan cenderung kasar, tapi kalau demi perubahan ke arah yang lebih baik kenapa tidak? Aku selalu berusaha untuk jujur dan menjadi diri sendiri. Kepura-puraan bukan tipe aku. Suka tak suka inilah Mawalu.

Fenomena tak sehat ini sebaiknya jadi perhatian serius Pepih Nugraha sebagai pimpinan Kompasiana agar menerapkan perilaku profesional dalam bekerja kepada para staff Admin mewbie itu.

Aku kritik mereka dengan keras bukan karena aku benci, sama sekali tidak! Akan tetapi kritikan-kritikan tajam aku selama ini semata-mata demi kemajuan Kompasiana yang kita cintai bersama ini.

Akibat ulah mereka melakukan Pembunuhan Karakter secara siluman dan terselubung ini, semangat menulis aku kini telah tumbang, loyo, dan menurun drastis.

Reseh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun