Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Muak Baca Tempo

22 Juni 2014   07:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:51 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini aku muak baca termpo.co. Padahal media ini adalah santapan harian aku sedari dulu. Media ini terpolarisasi ikut mendukung salah satu pasangan calon Presiden. Semua pemberitaannya sampai titik komanya miring sebelah macam bis kota kepenuhan penumpang sebelah kiri.

Mungkin saja para wartawan mereka perlu tambahan fulus dari timses kandidat capres tertentu sehingga tak punya malu lagi menayangkan polesan berita yang tak berimbang dan melanggengkan praktik-praktik ketidakadilan.

Menjelang Pilpres ini hampir semua media di negeri ini berat sebelah, tempo, detik, vivanews, merdeka, Kompas, Liputan6, okezone, dan masih banyak lagi. Mereka semua lalai mempertahankan independensi, asas netralitas serta pemberitaan secara berimbang sesuai etika dan kaidah jurnalistik.

Sekalipun cenderung mendukung capres tertentu, Media sejatinya tetap mempertahankan kredibilitas dan kualitas mutu dengan karya jurnalistik yang berimbang. Kita menuju demokrasi ala Barat dimana rakyat dilayani sehingga menjadi berharga, terhormat, bermartabat, dan menjadi panutan, bukan malah diracun dengan pemberitaan-pemberitaan miring.

Terlalu bermain dalam materi menyebabkan Indonesia terpuruk dari dulu sampai sekarang. Korupsi, kolusi, dan gratifikasi merajajlela. Kalau semua serba minta dibayar, Indonesia jadi negara kapitalis. Politik orang makan orang. Kanibal. Seperti ikan Piranha di rimba raya Amazon, Amerika Selatan.

Media yang cenderung berat sebelah, tak punya kredibilitas, lihat saja nanti setelah usai pemilu, mereka akan tumbang dengan sendirinya akibat tergerus tingkat kepercayaan pembaca.

Media sejatinya bercermin pada peristiwa sejarah pada tahun 1966 yang silam dimana RRI (Radio Repuplik Indonesia) cenderung berat sebelah dalam kancah perpolitikan regional dalam negeri sehingga justru menimbulkan sejarah suram di negeri ini.

Masa yang begini ini harus dikasi tahu sih?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun