Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Disomasi PT. KIANI, Berita Satu Minta Maaf Tayangkan Berita Hoax

27 Juni 2014   15:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:39 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah dapat ide dari mana, empat media besar berskala nasional, Metro TV, Berita Satu, Jawa Pos, dan Pedoman News, menayangkan berita palsu siluman abal-abal alias HOAX yang memberitakan bahwa sejumlah karyawan PT. Kertas Nusantara berencana akan mengadakan demonstrasi besar-besaran pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2014.

Ternyata rencana demonstrasi yang diberitakan secara massif dan besar-besaran oleh empat media tersebut tak pernah terjadi. Karena gerah dengan ulah media yang akhir-akhir ini terlalu berat sebelah dalam pemberitaan-pemberitaan mereka, maka Direktur Utama PT. Kertas Nusantara, Winson Pola, langsung melayangkan Somasi kepada keempat media tersebut karena memalsukan berita alias HOAX sehingga menimbulkan keresahan.

Saat ini baru Berita Satu yang sudah minta maaf (Baca: Berita Satu Respons Somasi Dirut PT Kertas Nusantara) kepada PT. KIANI. Mereka buru-buru minta maaf karena ketakutan kasus ini berlanjut ke ranah hukum sehinga berpotensi kehilangan kepercayaan para pembaca mereka.

Makanya boss jangan asal jeplak bikin berita palsu siluman abal-abal alias HOAX. Berkompetisilah dengan terbuka dan jujur, katakan yang sebenar-benarnya tanpa perlu memanipulasi berita demi kepentingan kandidat Presiden tertentu. Satu kebohongan tak akan bisa ditutupi dengan kebohongan lainnya. Apa jadinya bangsa ini kedepan bila dipenuhi rekayasa dan manipulasi?

Semakin mendekatnya Pilpres pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang, semakin mengerikan. Semakin banyak rekayasa yang dikarang-karang oleh para timses nya Jokowi yang sudah mulai kalap dan panik. Anda masih ingat kasus penyerangan Posko PDIP? Kalau dulu ada peristiwa Kudatuli, kini terjadi lagi kasus penyerangan yang sama yang dilakukan oleh orang-orang PDIP sendiri.

Yang begini ini adalah taktik lempar tangan sembunyi batu. Yang melakukan penyerangan adalah orang-orang PDIP sendiri untuk menciptakan kesan seolah-olah mereka dianiaya oleh lawan politik mereka. Setelah disentil Mahfud MD dengan sindiran ketus, kasus penyerangan Posko PDIP itu hilang lenyap sampai sekarang tanpa ada pengusutan lebih lanjut dari pihak Kepolisian.

Kasus Kudatuli dan penyerangan Posko PDIP sama persis dengan modus pencitraan palsu ala Copy Paste, Replace All, dan Content Editing hasil jajak pendapat Gallup tentang Barack Obama yang bersaing melawan John McCain pada tahun 2008 yang silam.

Nama Obama digantikan dengan Prabowo, sedangkan nama McCain diganti dengan nama Jokowi. Judul “Americans Predict Obama Will Be Next U.S. President” diganti menjadi “Indonesians Predict Prabowo Will Be Next Indonesia President”. Model-model modus pencitraan palsui gaya baru dengan menuding ulah tersebut dilakukan oleh timsesnya Prabowo-Hatta.

Itulah sebabnya Mawalu tak pernah percaya kasus Gallup itu adalah bikinan timsesnya Prabowo. Kasus Kudatuli dan penyerangan Posko PDIP oleh orang-orang PDIP sendiri adalah saksi bisu sejarah dan bukti sahih yang tak terelakkan.

Modus ini dibuat oleh timses Jokowi, lalu diblow up sedemikian rupa supaya mencuat ke permukaan. Beberapa kata Obama sengaja tak diganti supaya ada kesan timses Prahara tak berhati-hati. Modus yang sama dengan Tabloid Obor rakyat yang akhirnya terbukti bukan ulahnya Timsesnya Prabowo. Tuhan Maha Besar, IA menilik hati setiap orang. Tuhan yang menciptakan manusia dan seisi bumi ini bukanlah Tuhan yang buta!

Semua orang juga tahu target pencitraan palsu adalah masyarakat kelas bawah dan pedesaan yang tingkat pendidikan mereka rata-rata masih dibawah standard dengan tujuan supaya ada kesan yang kuat dalam masyarakat akar rumput bahwa Jokowi selalu dizalimi dan disakiti semena-mena.

Jangan melakukan sesuatu yang justru hanya menjadi bumerang. Berhentilah bermain curang dalam pencitraan palsu demi meraup suara dalam Pilpres nanti. Jadilah ksatria, bukan boneka.

Selamatkan Indonesia, Tuhan bersama para pejuang kebenaran dan keadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun