[caption id="attachment_388479" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Tadi pagi tetangga sebelah rumah aku bermuram durja. Rupanya ia habis dikerjain kena tipu oleh pedagang batu bacan palsu di Matraman, Jakarta Timur.
Ceritanya begini, kemarin sore sekitar pukul 15.00 WIB, ia melewati jalan Matraman menuju Mall Rawa Bening di Jatinegara, mall khusus menjual batu-batu mulia dan segala jenis batu cincin. Ia ingin beli cincin batu bacan yang saat ini lagi ngetren di Jakarta.
Karena tertarik dengan batu bacan yang segede telur burung puyuh yang dipajang di pinggir trotoar, maka ia pun mampir dan menanyakan berapa harganya. Sang penjual melepas dengan harga Rp 750,000, tak bisa kurang harganya.
Maka tawar-menawar pun terjadilah dan akhirnya mencapai kata sepakat Rp 500 ribu. Saking kepinginnya punya cincin batu bacan yang lagi ngetren di Jakarta, maka tanpa pikir panjang tetanggaku itu langsung bayar tunai di tempat dengan pertimbangan kalau beli batu bacan model begini di Rawa Bening pasti harganya jauh lebih mahal.
Setelah bayar, dengan hati riang gembira bukan kepalang meluncurlah tetanggaku ini ke Jatinegara untuk pasang ikatan cincin pada batu bacan yang baru ia beli itu. Ia cerita ia pun berangan-angan akan menjual batu bacan itu Rp 10 juta kalau sudah dipasang ikatan cincin dari bahan perak.
Sesampainya di Mall Rawa Bening, Jatinegara, tetanggaku ini segera keliling mencari pedagang ikatan cincin dari bahan perak sambil terus mengelap-ngelap batu cincin bacan palsu yang baru dibelinya itu. Singkat cerita ia pun ketemu dengan pedagang ikatan cincin dari bahan perak yang menjual ikatan cincin yang bagus-bagus motifnya.
Si pedagang ikatan cincin yang sudah pengalaman makan asam garam dalam dunia persilatan batu bacan merasa heran dan curiga kok cincinnya ringan, enggak berat seperti batu-batu bacan yang asli. Ia lalu nanya ke tetanggaku itu, "Kok bacannya ringan, Pak?"
Dengan segala pedenya, tetanggaku lalu bilang, "Oh itu bacan doko, Mas (seperti apa yang diinformasikan oleh pedagang bacan abal-abal itu)," sambil terus ngelap-ngelap itu batu bacan. Karena saking semangatnya ngelap dan permukaan batu yang sudah sangat licin maka tergelincirlah itu batu bacan dari tangannya dan terjatuh ke lantai hingga pecah berantakan.
Isi dalam batu bacan yang pecah itu warnanya putih, bukan warna asli batu bacan. Setelah diperiksa oleh penjual ikatan cincin itu, ternyata itu batu kali yang dilapisi keramik motif bacan. Maka tertawalah penjual ikatan cincin itu dan para pengunjung yang berada di sekitarnya.
Dengan wajah merah padam karena malu dan merasa rugi dengan Rp 500 ribunya yang melayang sia-sia itu, maka ia pun buru-buru segera kembali ke pedagang itu di Matraman. Sudah susah payah menembus kemacetan, sampai di sana pedagangnya sudah raib, tak ada lagi lapaknya di trotoar itu.