Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Hati-hati Kena Tipu Beli Batu Bacan Abal-abal

4 Januari 2015   19:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:50 10214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_388479" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Tadi pagi tetangga sebelah rumah aku bermuram durja. Rupanya ia habis dikerjain kena tipu oleh pedagang batu bacan palsu di Matraman, Jakarta Timur.

Ceritanya begini, kemarin sore sekitar pukul 15.00 WIB, ia melewati jalan Matraman menuju Mall Rawa Bening di Jatinegara, mall khusus menjual batu-batu mulia dan segala jenis batu cincin. Ia ingin beli cincin batu bacan yang saat ini lagi ngetren di Jakarta.

Karena tertarik dengan batu bacan yang segede telur burung puyuh yang dipajang di pinggir trotoar, maka ia pun mampir dan menanyakan berapa harganya. Sang penjual melepas dengan harga Rp 750,000, tak bisa kurang harganya.

Maka tawar-menawar pun terjadilah dan akhirnya mencapai kata sepakat Rp 500 ribu. Saking kepinginnya punya cincin batu bacan yang lagi ngetren di Jakarta, maka tanpa pikir panjang tetanggaku itu langsung bayar tunai di tempat dengan pertimbangan kalau beli batu bacan model begini di Rawa Bening pasti harganya jauh lebih mahal.

Setelah bayar, dengan hati riang gembira bukan kepalang meluncurlah tetanggaku ini ke Jatinegara untuk pasang ikatan cincin pada batu bacan yang baru ia beli itu. Ia cerita ia pun berangan-angan akan menjual batu bacan itu Rp 10 juta kalau sudah dipasang ikatan cincin dari bahan perak.

Sesampainya di Mall Rawa Bening, Jatinegara, tetanggaku ini segera keliling mencari pedagang ikatan cincin dari bahan perak sambil terus mengelap-ngelap batu cincin bacan palsu yang baru dibelinya itu. Singkat cerita ia pun ketemu dengan pedagang ikatan cincin dari bahan perak yang menjual ikatan cincin yang bagus-bagus motifnya.

Si pedagang ikatan cincin yang sudah pengalaman makan asam garam dalam dunia persilatan batu bacan merasa heran dan curiga kok cincinnya ringan, enggak berat seperti batu-batu bacan yang asli. Ia lalu nanya ke tetanggaku itu, "Kok bacannya ringan, Pak?"

Dengan segala pedenya, tetanggaku lalu bilang, "Oh itu bacan doko, Mas (seperti apa yang diinformasikan oleh pedagang bacan abal-abal itu)," sambil terus ngelap-ngelap itu batu bacan. Karena saking semangatnya ngelap dan permukaan batu yang sudah sangat licin maka tergelincirlah itu batu bacan dari tangannya dan terjatuh ke lantai hingga pecah berantakan.

Isi dalam batu bacan yang pecah itu warnanya putih, bukan warna asli batu bacan. Setelah diperiksa oleh penjual ikatan cincin itu, ternyata itu batu kali yang dilapisi keramik motif bacan. Maka tertawalah penjual ikatan cincin itu dan para pengunjung yang berada di sekitarnya.

Dengan wajah merah padam karena malu dan merasa rugi dengan Rp 500 ribunya yang melayang sia-sia itu, maka ia pun buru-buru segera kembali ke pedagang itu di Matraman. Sudah susah payah menembus kemacetan, sampai di sana pedagangnya sudah raib, tak ada lagi lapaknya di trotoar itu.

Tadi pagi ia kembali lagi ke sana, tapi si pedagang batu bacan abal-abal itu sudah tak ada lagi di situ. Padahal tetanggaku ini seorang supervisor di perusahaannya, tapi bisa kena tipu juga dari pedagang jalanan yang sekolahnya belum tentu tinggi. Benar-benar efek batu bacan yang luar biasa di Jakarta ini.

Aku lantas. menelepon saudara sepupu iparku yang juga bergelut menjadi pedagang batu bacan. Ini sudah pernah kuceritakan di tulisanku sebelumnya, Demam Batu Bacan di Jakarta, Harganya Mencapai Miliaran Rupiah, dan menceritakan peristiwa yang konyol itu.

Saudara sepupu iparku bilang hati-hati kalau beli batu bacan di pinggir jalan. Lagi pula, mana ada batu bacan seharga Rp 500 ribu? Paling murah itu harganya Rp 1 juta rupiah, itu pun ukurannya kecil dan belum jadi, masih hitam seperti aspal.

Di kalangan pedagang batu bacan, mereka menamainya bacan galau karena butuh waktu yang lama dan bertahun-tahun untuk berubah warnanya menjadi hijau dan tembus pandang.

[caption id="attachment_350122" align="aligncenter" width="600" caption="Ini punya ku yang masih bentuk bahan dan belum jadi. Batu bacan galau ini pemberian saudara sepupu ipar ku. Batu bacan yang masih bahan batu dan warnanya hitam seperti aspal ini harganya Rp 1 Juta (Dokumen Pribadi/Mawalu)"]

[/caption]

Saudara sepupu iparku itu bilang kalau mau beli batu bacan yang asli, sebaiknya;

1. Beli batu bacan yang masih bahan, masih batu biasa yang belum dibentuk dan dipoles di tukang poles batu. Jadi ketahuan itu batu bacan asli, daripada beli yang sudah jadi ternyata itu batu kali yang dilapisi bahan keramik motif bacan.

2. Beli batu bacan di toko-toko yang resmi dan kredibilitasnya terpercaya, misalkan di mall. Tak mungkin akan kena tipu, karena lokasi tokonya ya tetap di situ. Setiap saat bisa dicari kalau mereka mengelabui pembelinya.

3. Beli batu bacan yang sudah ada sertifikatnya yang sudah diuji di lab. Sekalipun mahal, tapi keasliannya sudah diuji di lab.

4.Beli sama teman atau kerabat dekat yang terpercaya. Kecil kemungkinan akan kena tipu.

Semoga bermanfaat bagi para penggemar batu bacan. Lain kali kalau beli batu bacan jangan percaya dengan harga murah.

Salam batu bacan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun