Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Tukang Poles Batu Cincin Ini Omsetnya 2 Juta Rupiah Per Hari

22 Januari 2015   00:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:39 5409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi malam sepulang menjemput istri aku di kantornya di kawasan Lebak Bulus, aku melintas di jalan arteri TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Rencananya mau makan sop kambing muda di dekat perumahan Tanjung Barat yang terkenal empuk dan lezat itu.

Di pinggir jalan arteri sebelum gedung Graha Simatupang, aku melihat tukang potong batu dan poles batu. Aku lalu teringat akan bahan batu bacan yang dihadiahkan oleh sepupu ipar aku yang berprofesi sebagai pedagang batu bacan.

Aku ingin bahan batu bacan itu dibentuk menjadi sebuah cincin, karena selain sudah lama ku rendam di minyak zaitun, tak tahan juga aku dimana-mana lihat orang pakai cincin batu bacan di jemari mereka, mulai dari orang tua, kawula muda, pria maupun wanita, sampai para eksekutif muda dan wanita karir pun semuanya pada pakai cincin batu bacan.

Aku lalu minta ijin ke istri aku mau bikin cincin di tukang poles batu itu, sebentar saja. Istri aku membolehkan, karena ia juga pakai cincin batu bacan mungil yang sudah jadi, sudah bening dan kristal, di jari kelingkingnya.

Cincin batu bacan yang sudah jadi itu ia beli dari sepupunya itu dengan harga miring seharga 7 juta rupiah. Karena keluarga, ya sudah harganya juga harga keluarga, yang penting balik modal saja, namanya juga orang usaha. Sedangkan punya aku masih berbentuk bahan dan prosesnya masih lama baru bisa jadi seperti bacan punyanya istri aku itu.

Bahan batu bacan itu setelah ku rendam di minyak zaitun (sesuai arahan sepupu ipar ku itu), ternyata hasilnya tokcer juga, warna hitamnya yang pekat seperti aspal kini sudah memudar, kapurnya hilang, pori-porinya tertutup rapat sehingga batunya jadi padat dan mengeras.

Menurut sepupu ipar ku, sebenarnya kalau mau prosesnya cepat jadi, harus dipakai setiap hari, kalau terkena keringat dan suhu tubuh manusia akan cepat bening dan kristal.

Pantas saja ia pakai cincin bacan di delapan jarinya plus kalung batu bacan sebesar telur ayam kampung. Rupanya supaya batu bacan itu cepat jadi bening dan kristal dalam batu terbentuk indah menawan.

Setelah ku parkirkan kendaraanku, aku lalu menuju ke tukang poles itu dan menyerahkan batu bacan milik ku untuk dibentuk menjadi cincin dan dipoles sampai mengkilap.

Biaya untuk bentuk batu jadi cincin sebesar 30 ribu rupiah, poles sampai mengkilap 40 ribu rupiah. Kalau batu jenis lain, poles sampai mengkilap hanya 30 ribu rupiah saja, tapi karena batu bacan, harga polesnya lebih mahal. Proses sampai jadi cincin kurang lebih sekitar satu jam.

Kalau mau langsung pasang ikatan dari bahan titanium yang bagus sebesar Rp. 125 ribu rupiah, kalau dari bahan Aloi hanya 30 ribu saja. Aku lalu memilih ikatan yang dari bahan Titanium saja karena lebih keren dan motifya juga bagus-bagus. Nanti setelah batu bacannya sudah bening dan kristalnya terbentuk dalam batu, baru ku pasang ikatan yang mahal sekalian.

Total keseluruhan yang harus ku bayar sebesar Rp 195 ribu. Aku lalu mengiyakan tanda setuju, dan sambil menunggu, aku ngobrol dengan pemiliknya, pak Wahyu. Ternyata pak Wahyu ini baru buka usahanya sekitar enam bulanan.

Sebelumnya ia sewa tempat agak ke atas, namun karena kurang terlihat dari jalan raya, ia lalu pindah agak ke bawah yang lebih luas dan lapang tempatnya, dan pula terlihat jelas dari pinggir jalan raya arteri TB. Simatupang.

Sewa tempat ia bayar Rp 5 juta per tahun. Ia mempekerjakan tiga orang pekerja untuk potong, poles, dan lain sebagainya. Satu orang khusus menangani batu bacan karena sudah ahli dengan seluk beluk batu bacan. Ketiga pekerjanya adalah sanak keluarganya yang ia bawa dari kampung.

Pak Wahyu beli tiga mesin gerinda dan satu mesin khusus untuk potong batu. Harga per mesin gerinda sebesar 2,3 juta rupiah. Setiap tiga bulan sekali harus ia ganti mata gerinda karena aus. Kalau tak diganti, maka potong dan proses pembentukkan batu akan makan waktu yang lama. Harga mata gerinda per pcs sebesar Rp 700 ribu.

Selain potong dan poles batu, pak Wahyu juga menjual bahan mentah segala jenis batu. Ada batu Sungai Dareh, Kalimaya, Bio Solar Aceh, Panca Warna, Kecubung, Pacitan, Raflesia, Bacan Doko dan Bacan Palamea, Lavender, Black Opal, dan lain sebagainya. Bahan mentah batu-batu mulia itu ia beli dari supplier langganannya.

Omsetnya dalam sehari ternyata cukup besar juga. Dalam sehari satu orang pekerjanya menangani sekitar 30 puluh batu cincin. Sehingga total omsetnya bisa mencapai sekitar 2 jutaan per hari. Itu belum termasuk hasil penjualan cincin yang sudah jadi, berbaga jenis ikatan cincin, dan bahan mentah segala jenis batu mulia, plus ongkos potong bahan batu. Sekali potong harganya Rp 5,000.

Yang menariknya, usaha pak Wahyu ini ternyata hanya usaha sampingan saja. Pekerjaan tetapnya adalah karyawan perusahaan properti PT. Agung Podomoro Land Tbk. Setelah pulang kerja, ia pulang dulu ke rumah, istrahat sebentar, makan, baru pergi ke tempat usaha sampingannya itu sampai jam 12 malam.

"Buat hiburan saja, mas. Sekaligus menyalurkan hobi", ungkap pak Wahyu sambil tersenyum ramah.

Pak Wahyu buka usaha sampingannya itu dari jam 9.00 pagi sampai jam 12 malam dengan target supaya para pekerja kantoran yang baru pulang kerja setelah jam 17.00 bisa mengerjakan batu cincin mereka, tanpa harus menunggu hari Sabtu-minggu, atau hari libur. Pintar juga pak Wahyu ini mengelola bisnis sampingannya ini.

Demam batu bacan yang menggila di Jakarta saat ini ternyata memberi berkah dan rejeki yang luar biasa bagi mereka yang paham betul mengenai dunia persilatan perbatuan dan punya jiwa entrepreneur.

Pak Wahyu ini sejak kecil memang sudah hobi dengan batu-batu akik, karena sejak ia masih SD, setiap kali ayahnya pulang kerja selalu menggosok batu-batu cincin akiknya.

Bisa Anda bayangkan omsetnya dalam sebulan sudah berapa itu, sudah setingkat dengan gaji Presiden Direktur perusahaan-perusahaan raksasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun