Mohon tunggu...
Mawalu Si Pembully
Mawalu Si Pembully Mohon Tunggu... -

Banyak orang menulis bagaikan thriller psikologis dengan pola berpikir seperti orang epilepsi. Orang bebal ketika ditegur justru mengagulkan bebalnya itu dengan jumawa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahok Tak Akan Ganti Lurah Lenteng Agung yang Agamanya Kristen Itu

23 Agustus 2013   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:54 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susan Jasmine Zulkifli adalah seorang Lurah wanita yang beragama Kristen Protestan. Ia lolos dalam lelang terbuka pemilihan lurah, dan dilantik pada bulan Juni 2013 yang lalu. Pada bulan Juli 2013, Susan Jasmine ditempatkan sebagai Lurah di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Baru sebulan ditempatkan sebagai Lurah di Lenteng Agung, warga Lenteng Agung ramai-ramai menolaknya. Mereka mengumpulkan KTP-KTP mereka dan menyerahkan ke Balaikota sebagai bentuk pernyataan sikap menolak Lurah yang beragama Kristen itu.

Menurut warga Lenteng Agung, Susan tak layak memimpin wilayah mereka yang mayoritas beragama Islam, karena dari dulu para Pemimpin di Lenteng Agung beragama Islam. Warga memberi batas waktu ke Balaikota hingga Senin (26/8/13) nanti. Kalau Lurah yang beragama Kristen itu belum diganti, mereka akan demo di Balaikota dan di kantor Kelurahan.

Tanggapan Ahok

Ahok tanpa tedeng aling-aling mengatakan bahwa ia tak akan ganti Lurah yang sudah ditetapkan Pemkot DKI. Ini sudah Keputusan. Tak ada urusan itu, tegas Ahok. Menurut Ahok penolakan konyol macam begitu adalah pernyataan sikap yang tak masuk akal hanya karena agamanya beda dengan warga yang dipimpinnya. Nanti lama-lama ditolak juga gara-gara ada Pemimpin dari kelompok Syiah. Kan repot itu, tukas Ahok.

Ahok lalu mencontoh dirinya ketika Pemilukada DKI lalu dimana banyak pihak yang tak menginginkan dirinya menjadi Wagub mendampingi Jokowi memimpin Jakarta ini hanya karena ia Cina dan beragama Kristen.

Tanggapan Mawalu

Yang begini ini penyakit kronis dinegeri ini, akibat masih maraknya mental pandir di negeri tercinta ini. Kemunafikan tentu saja masih bisa diterima dalam porsi tertentu, asalkan tak merugikan siapapun. Tak perlu berprilaku rasis. Itu sikap kampungan. Cepat atau lambat pola berpikir macam begitu akan dibuang ke lobang kakus.

Hai para munafiqun, sampai kapan hal-hal konyol macam begini terus terjadi di negeri ini? Katanya bangsa ini sudah merdeka 68 tahun? Apanya yang merdeka?

Demi menjaga kelurusan you punya otak, negara ini terbentuk karena adanya komitmen dan kesepakatan bersama semua elemen bangsa ini dari berbagai agama dan keyakinan yang berbeda yang telah berjuang sampai titik darah penghabisan.

Negara ini bisa ada karena jasa para pahlawan bangsa dari berbagai agama dan keyakinan yang berbeda, berjuang dengan mengorbankan darah dan air mata supaya bangsa ini berdiri kokoh dan menjadi bangsa yang besar diantara kumpulan bangsa diseluruh belahan dunia ini.

Makanya anda harus jeli dan tak termakan oleh yang namanya hasutan. Perkara hasut menghasut adalah perkara yang mudah dilakukan, akan tetapi anda sebagai manusia yang punya otak sejatinya belajar untuk semakin lama semakin pintar, semakin lama semakin mampu berpikir dengan lurus tanpa mencong-mencong. Bukan makin lama anda justru makin bodoh.

Dunia ini memang sudah renta, akan tetapi sejatinya anda sebagai manusia yang berbudi luhur harus hindari itu keinginan-keinginan kosong berbuih sifat kemrungsung yang bergelojotan penuh kemunafikan guna melampiaskan dendam kesumat bertopengkan dalih agama.

Agama hanyalah produk budaya. Pakailah prinsip logika yang sehat walafiat supaya anda tak jatuh terperosok ke dalam bentuk pelecehan intelektualitas manusia, menodai dan menjungkirbalikan fakta, saling sandera untuk menstagnasikan rekayasa yang penuh tipu muslihat dan manipulasi keserakahan demi agama yang dianut.

Kalau anda mau masuk sorga, bukan begitu caranya.

Paham?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun