Mohon tunggu...
Mawalu Si Pembully
Mawalu Si Pembully Mohon Tunggu... -

Banyak orang menulis bagaikan thriller psikologis dengan pola berpikir seperti orang epilepsi. Orang bebal ketika ditegur justru mengagulkan bebalnya itu dengan jumawa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seks Chatting di Facebook dengan Istri Orang

13 Juli 2013   18:00 Diperbarui: 4 April 2017   18:05 153445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisah aku, pengalaman seks chatting dengan istri orang yang aku kenal baik di dunia nyata. Ide itu berawal dari keisengan dan keusilan aku mencoba sensasi baru yang menantang, coba-coba Seks Chatting dengan mereka melalui Facebook.

Untuk memulai petualangan itu, aku membuat akun facebook palsu, karena kalau aku pakai profil facebook asli aku, bisa cilaka duabelas. Supaya aman, maka ku cari foto-foto yang tampan dan macho yang sesuai selera wanita orang indonesia pada umumnya.

Akhirnya kutemukkan foto Facebook orang Brasil yang mirip orang Indonesia. Ku save semua foto-fotonya di Komputer, dan ku edit foto-foto itu menggunakan Adobe Photoshop, di blur, setting brightness & contrast, di left/right rotate, di crop, layer editing, dan lain sebagainya, supaya terlihat lebih real dan berbeda dari foto aslinya. Tahap selanjutnya, foto-foto hasil editing itu ku upload ke Facebook palsu aku itu satu per satu secara berkala.

Selanjutnya, secara rutin aku add pertemanan dengan akun facebook wanita-wanita yang aku kenal di dunia nyata itu dari akun facebook aku yang asli, dan aku add juga secara acak sebanyak-banyaknya orang-orang yang tak ku kenal di Facebook supaya penyamaranku sempurna. Karena kalau semua teman saling kenal, mereka bisa curiga.

Status-status facebook palsu aku itu pun secara rutin ku update dengan kata-kata bijak ala Mario Teguh seperti lazimnya dilakukan oleh para pengguna Facebook, begitu pulak foto-foto palsu yang telah ku edit di Komputer, ku pindahkan ke HP dan ku upload secara bertahap seolah-olah itu foto-foto aku yang terbaru.

Setelah cukup banyak add friend secara rutin dan acak, aku pun mulai mengirim Inbox ke mereka-mereka yang ku kenal baik di dunia nyata itu, pura-pura bilang trims konfirmasi pertemanannya, salam kenal, pura-pura tanya tinggal dimana, kerja dimana, aktifitasnya apa, dan lain sebagainya, padahal aku tahu persis siapa mereka karena sering ketemu di dunia nyata.

Setiap malam di waktu senggang, aku bergerilya di kanal Chat. Bilamana ada yang aku kenal lagi online, maka aku pun mengajaknya chatting. Gayung pun bersambut tanpa aral dan rintangan yang berarti karena foto profil aku yang tampan plus status profile yang berwibawa dan educated membuat mereka meresponse ajakan chatting aku.

Chatting dimulai dengan pembicaraan-pembicaraan ringan dan topik yang umum-umum saja, diselang-seling dengan curhat dan saling bertukar pikiran, lalu chatting ditutup dengan bahasa yang sopan dan santun untuk tetap menjaga jarak dan menjaga image. Awalnya mereka masih kaku dalam pertemanan maya itu, tetapi lama-lama akhirnya menjadi biasa, bahkan mulai bercanda dan tambah akrab.

Aku melatih energi positif mensugesti diri dalam kekuatan gelombang otak dengan permainan peran dalam berbagai macam bentuk perasaan agar misi aku itu berhasil.

Setelah cukup akrab sekian lama dan sudah tiba saatnya, mulailah ku lancarkan jurus-jurus rayuan secara halus dan tersamar, misalkan ketika akan selesai chatting kubilang cium sayang dari jauh ya, ketika mereka akan off.

Jebakan aku ada yang kena, ada pulak yang tak mempan. Yang tak mempan biasanya hanya menjawab singkat thanks, atau tak dijawab sama sekali dan logout tanpa pamit.

Yang kena jebakanku akan balik bertanya dengan genit, ah yang bener nih cium sayangnya. Yang begini ini yang aku suka. Kestabilan emosi yang rapuh dan tak labil itu membuat aku bergairah karena kesempatan itu sudah dalam genggamanku. Cepat atau lambat kesadaran alam bawah sadar mereka akan berubah drastis dari yang tiada menjadi ada. Sudah pasti itu!

Lalu mulailah ku gempur dengan foreplay ringan yang halus dan lembut, pelan tapi pasti, sampai mereka terangsang. Selanjutnya gempuran adegan melakukan hubungan seks yang vulgar dan panas membara. Mereka pun meresponse aku dengan begitu menggelora dan penuh nafsu seperti adegan-adegan di cerita-cerita erotis yang bertebaran di Internet.

Pengalaman yang indah, percikan imaginasi yang begitu liar, menari-nari dalam balutan kabut kenikmatan dibalik layar. Aku merasakan sensasi lain yang luar biasa karena wanita-wanita itu aku kenal baik di dunia nyata.

Setelah sudah cukup basah dan puas menuju puncak asmara, di akhir chat aku selalu tanya apakah sama suaminya seksnya juga begitu? Rata-rata mereka mengaku seks dengan suami mereka itu rasanya hambar, tak pernah menikmati, bosan, dan hanya formalitas saja sebagai kewajiban istri melayani suami.

Menurut pengakuan mereka, suami mereka tak pernah perhatian di ranjang, cuek, dan menganggap mereka seperti bantal guling saja di tempat tidur. Hal ini bertolak belakang dengan kehidupan nyata mereka, karena aku tahu persis dan kenal baik dengan mereka-mereka itu di dunia nyata.

Mereka-mereka itu terkenal sebagai istri-istri yang harmonis, selalu tampak mesra dengan suami-suami mereka manakala ada acara kumpul-kumpul bersama. Ternyata oh ternyata, hap..hap..hap..kecoak kutangkap!

Seringkali mereka mengajak aku ketemuan kencan di dunia nyata, aku selalu menolaknya dengan berbagai alasan karena ku tak mau kedok aku terbongkar. Bisa bahaya itu kalau mereka tahu ternyata itu aku.

Pesan aku kepada sidang pembaca yang terhormat, sekali-kali periksalah inbox istri. Prilaku seks menyimpang ini bisa saja terjadi manakala sang istri memendam rasa yang bisa meledak kapan saja. Sebagian rasa itu mereka luapkan ke langit agar Tuhan memberi keadilan. Jika istri anda sudah begitu merana, maka ya begini ini akibatnya!

Manusia adalah pengelana dalam perjalanan hidup di dunia yang fana ini. Walaupun pengalaman ini adalah pengalaman paling gila dalam hidupku, namun aku memetik pelajaran bahwa privacy yang seharusnya berada dalam ruang lingkup pribadi antar suami dan istri, bisa saja secara vulgar ditumpahkan kepada orang lain melalui Media Sosial, akibat pelampiasan hasrat yang terpendam.

Pesan aku kepada para wanita pengguna Facebook, don't judge the book by its cover. Jangan cepat percaya dengan akun Facebook seseorang, sekalipun itu kelihatannya so real dan nyata. Bagaimana kalau profil itu ternyata adalah teman karib anda di dunia nyata?

Karena seringkali aku senyum-senyum geli sendiri manakala bertemu mereka-mereka itu pada acara kumpul-kumpul bersama, apalagi kalau menyaksikan sandiwara mereka yang sok mesra dan romantis dengan suami-suami mereka, lalu ku bandingkan dengan gairah seksual mereka yang menggebu-gebu penuh nafsu birahi di Facebook itu.

Don't try this at home.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun