Orangnya kurus kerempeng, tangan kanannya palsu, begitu pulak bola mata kirinya palsu. Sekilas melihat sosoknya, orang ini tak ada apa-apanya, sekali pukul rahangnya langsung tumbang. Tapi siapa sangka, pria kerempeng yang cacat tangan dan matanya itu, sosoknya disegani didunia preman dalam skala nasional.
Dikalangan dunia preman ibukota, Herkules ini dijuluki memiliki nyawa ganda. Berkali-kali dibantai, pernah dimasukan dalam karung dan dibuang ke tengah laut di Ancol, tapi orang ini masih tetap berkeliaran di Jakarta. Entah pakai ilmu apa, entah pakai cara bagaimana, bingung pulak aku.
Belum pernah terjadi di negeri ini ketika preman masuk rumah sakit, kamar RS nya dijaga oleh anggota Kopassus selama 24 jam dalam pembagian 3 shift regu, hanya Herkules orangnya.
Penulis pernah berjabat tangan dengan orang ini ketika terjadi kasus penembakan preman asal NTT yang jaga tanah sengketa di Rasuna Said, Kuningan Jakarta oleh Kepala Satpol PP. Herkules murka karena kepala anak buahnya itu ditembak sampai tewas oleh Kepala Satpol PP.
Ia mendatangi lokasi kejadian, berteriak-teriak dan mengamuk dalam bahasa Tetun, membanting-banting kakinya ke tanah layaknya tarian adat, serta mengancam dirinya sendiri yang akan menguburkan jasad mayat anak buahnya itu di halaman Istana Negara.
Banyak pihak kalang kabut, Media Massa pun heboh. Pemberitaan gencar selama berminggu-minggu akibat Pemkot DKI yang kecolongan insiden yang diluar kendali itu. Berbagai lobi dan pendekatan pun dilakukan oleh Pemkot DKI dan jajarannya kala itu untuk membungkam Herkules dan ribuan anak buahnya yang sudah siap pasang badan.
Satpol PP pun ketakutan. Berangkat dan pulang kerja tak berani lagi pakai baju seragam. Kapolsek dan Koramil Setiabudi yang mendatangi TKP pun memanggilnya dengan sebutan "beliau". Baru kali itu aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, preman yang dipanggil "beliau" oleh aparat keamanan di negeri ini.
Namun akhirnya Herkules pun bungkam seribu basa setelah mendapat bayaran uang mahar sebesar 1 millyar oleh Gubernur DKI saat itu, Sutiyoso. Uang sebesar itu bukan hanya untuk dirinya, melainkan dibagi ke banyak orang, ke pihak-pihak yang banyak membantunya dilapangan, dibagikan juga ke anak buahnya yang berjasa berjaga di lahan sengketa itu. Bagian terbesar diserahkan ke keluarga almarhum yang di tembak sampai tewas itu untuk memulangkan almarhum ke kampung halamannya di tanah Timor Lorosae. Sedikit banyak penulis juga kecipratan rejeki kala itu.
Orang bilang pengalaman hidup lebih berharga dari emas dan permata, lebih bernilai dari nilai mata uang. Ungkapan itu benar adanya, semakin banyak pengalaman hidup yang dijalani, semakin banyak makan asam garam kerasnya kehidupan.
Itulah sekelumit cerita tentang sosok Herkules yang penulis tahu. Saat ini pendiri Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu, besutan Partai Gerindra dari mantan Pangkostrad Mayjend. Prabowo Subianto itu, masih dibungkam dibalik jeruji besi. Mungkin saja sampai pemilu 2014 usai, baru boleh bebas.
Cuci otak...cuci otak....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H