Mohon tunggu...
Mawalu Si Pembully
Mawalu Si Pembully Mohon Tunggu... -

Banyak orang menulis bagaikan thriller psikologis dengan pola berpikir seperti orang epilepsi. Orang bebal ketika ditegur justru mengagulkan bebalnya itu dengan jumawa.

Selanjutnya

Tutup

Money

Teruntuk Para Buruh Yang Tak Tahu Diri

16 November 2012   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:13 7984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta saat ini telah disepakati Rp 2.216.243,68/bulan. Masih berupa kesepakatan, Jokowi belum mengetuk palu menyetujuinya. Kesepakatan besaran UMP ini membuat Pengusaha mulai pasang kuda-kuda karena selain sudah dicekik Buruh, mereka juga kena cekik pungli-pungli Instansi Pemerintahan, tercekik tarif listrik kategori industri yang tinggi, dan cekikan-cekikan lainnya yang menjerat leher Pengusaha.

Para buruh ini tak paham bahwa kemampuan perusahaan itu macam-macam ketika menentukan besaran gaji karyawannya. Tak bisa disamakan begitu saja. Kalau UMP buruh naik sampai segitunya, bagaimana dengan gaji PNS yang hanya digaji 1,7 juta/bulan? Fresh Graduate Dokter dari Universitas yang paling mahal saja ketika lulus wajib kerja di Rumah Sakit di daerah dengan gaji hanya 1,2 juta. Padahal tingkat pendidikan mereka rata-rata Sarjana S1 daripada buruh-buruh tak tahu diri itu yang hanya tamatan SMP dan SMA.

Aku nonton wawancara debat UMP di TV One (15/11/2012) antara Ketua Serikat Buruh dan Perwakilan Pengusaha. Geleng-geleng kepala aku ketika TV One menyorot wawancara life dengan dua orang buruh langsung dari rumah mereka yang disetting kumuh oleh TV One. Mereka mengaku gaji mereka hanya 1,5 juta sehingga tiap hari hanya mampu makan sayur asem dan ikan asin. Bah! Omong kosong apa pula itu? Dasar pendidikan rendah, kalau mau berbohong agar dikasihani, tolong yang masuk akal sedikit. Masa setiap hari selama bertahun-tahun makan sayur asem dan ikan asin? Tak masuk akal ini.

Office Boy di kantor aku saja gajinya 1,5 juta tapi bisa punya motor dan punya Blackberry, padahal anaknya dua orang sudah sekolah pula. Ini para buruh ternyata pintar bersandiwara juga. Mereka ini tak mampu berpikir sesuai nalar yang baik dan realistis bilamana Pengusaha tak mampu bayar gaji lalu menutup usahanya sehingga berdampak PHK massal. Akibatnya hidup mereka juga yang susah hutang kesana kemari karena kehilangan pekerjaan.

Sifat dasar manusia itu selalu tak puas dengan apa yang sudah diperoleh. Tak mau bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan dalam hidup mereka sesuai level mereka. Tahun 2010 lalu aku pernah menjadi Legal Supervisor di perusahaan asing dikawasan Sudirman Jakarta. Gajiku saat itu 6,8 juta/bulan plus tunjangan kesehatan, tunjangan pulsa Handphone operasional, tunjangan transport dan kendaraan operasional yang bensin dan Tol diganti perusahaan seminggu sekali. Tetap saja aku merasa masih kurang gajiku dan berupaya mencari perusahaan lain yang gajinya lebih besar. Sifat dasar manusia memang begitu selalu merasa kurang berapapun gajinya.

Menuntut gaji itu yang rasional saja dan masuk akal, tak usah dipaksa. Kalau mau gaji besar, upgrade diri, belajar dan belajar dan terus mengasah ketrampilan sehingga berkualitas tinggi karena persaingan didunia usaha saat ini sangat tinggi. Bukan hanya Blackberry saja yang bisa diupgrade dari OS 6 ke OS 7, manusia juga bisa upgrade diri kalau mau maju dan mendapatkan gaji yang besar.

Sadar pula akan kualitas diri. Kalau kualitas diri dan pendidikan rendah jangan mimpi gaji besar apalagi yang kedisiplinan nol besar, kinerja tak meningkat dan malas bekerja, banyak alasan ijin, sakit, cuti, anak sakit, istri sakit, orang tua sakit, urusan keluarga dan lain sebagainya, bagaimana perusahaan tak sekarat dengan model karyawan seperti ini. Kalau Pengusaha sudah tak mampu bayar gaji, mereka akan hijrah buka usaha di negara lain yang lebih murah gaji buruhnya. Yang susah siapa? Yang salah siapa?

Kalau menuntut gaji jangan pakai ego sendiri dan jangan mementingkan diri sendiri. Pikirkan juga kepentingan dan kebutuhan orang lain. Kalian ingin gaji besar lalu bulan berikutnya perusahaan tak mampu bayar gaji sehingga bangkrut dan tutup. Piring nasi yang sudah ditangan jangan dibuang begitu saja.

Tetangga aku sudah kena batunya. Perusahaannya tutup karena tak tahan dengan Aksi demo buruh yang menuntut upah layak yang seringkali berujung anarkis dengan aksi sweeping buruh. Akibatnya produksi perusahaannya tak jalan sehingga perusahaan itu rugi.

Sekarang tetanggaku jadi pengangguran, melamar kemana-mana tak diterima karena pendidikan cuma tamatan SMA dan tak punya Surat Pengalaman Kerja karena perusahaannya tutup begitu saja. Akhirnya motor dijual, TV dijual, pinjam sana-sini untuk menghidupi istri dan ketiga orang anaknya. Menyesal kemudian tak ada gunanya. Apa kalian mau begitu?

Para buruh ini demo dengan alasan memperjuangkan nasibnya. UMP naik lalu hidup boros dan gaya seperti orang kaya beli ini beli itu, ketika uang kurang demo lagi tuntut kenaikan upah. Para buruh ini tak paham beban Pengusaha. Jadi karyawan itu enak tinggal datang pagi lalu kerja dan pulang sore ketemu anak istri di rumah, lalu tiap bulan terima gaji, kalau Pengusaha pusing tujuh keliling memikirkan bagaimana bayar gaji karyawan mereka setiap bulan. Kalau produksinya laku dan keuntungan tinggi tak masalah, bagaimana dengan perusahaan yang produksinya tak laku karena banyak saingan dipasaran?

Apa para buruh ini tak pikir efeknya bilamana UMP naik drastis pasti akan terjadi pengurangan karyawan besar-besaran demi efisiensi perusahaan. Buruh yang punya ketrampilan bekerja multi tasking yang akan tetap dipelihara perusahaan dibandingkan buruh yang hanya bisa melakukan satu jenis pekerjaan saja. Selain itu, tunjangan lembur juga pasti akan dihapus. Ku tak mengerti apakah Dewan Pengupahan tak berpikir sampai kesitu? Sudahkah mereka berpikir efek jangka panjang sebelum membuat keputusan yang kata mereka membela nasib kaum buruh?

Kenaikan UMR jelas akan berakibat kenaikan harga barang-barang pokok dan kenaikan Inflasi yang tinggi sehingga mau tak mau Pemerintah juga akan melakukan segala upaya untuk menahan laju Inflasi. Seharusnya kalian buruh sebelum diterima bekerja ketika di Interview pertama kali kalian sudah tahu berapa gaji yang akan diperoleh. Kalau merasa akan mendapatkan gaji yang kecil herannya aku kenapa pula masih mau bekerja disitu?

Tak habis pikir aku tingkah laku para buruh yang sungguh tak tahu diri ini. Ketika diinterview pertama kali sebelum bekerja, mereka pasang muka malaikat, setelah diterima bekerja sifat asli baru kelihatan ternyata sifat asli mereka beringas, menuntut UMP dengan mengancam, menakut-nakuti, mengintimidasi, membakar ban di jalanan, memblokir jalan Tol yang notabene jalan tol itu untuk kepentingan umum, melakukan aksi sweeping, jemput paksa buruh-buruh lainnya yang tak mau ikut-ikutan demo, sehingga mengganggu ketertiban umum, menyusahkan banyak orang, dan menggoyahkan pertumbuhan perekonomian.

Gaji itu harus sepadan dengan pendidikan, pengalaman kerja, dan keahlian. Sangat picik sekali para buruh tak tahu diri ini. Aku sangat setuju sekali bilamana UMP Buruh 2,2 juta asalkan Buruh masuk kerja jam 7 pagi sampai jam 8 malam tanpa uang lembur, hari sabtu minggu masuk, dan tetap masuk kerja di hari libur nasional, supaya perusahaan tak bangkrut. Bagaimana?

Jalani hidup ini apa adanya tak usah tuntut macam-macam yang tak sesuai dengan level kalian. Tak usah kalian khawatir tentang apa yang akan kalian makan dan apa yang akan kalian pakai karena Tuhan Yang Maha Kuasa sudah menyediakannya! Burung-burung di udara saja bisa tetap hidup kenapa kalian yang punya akal dan budi harus khawatir akan hidup kalian?

Camkan itu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun