Konsep religius-nasionalis merupakan perspektif ulama Indonesia terdahulu yang dijadikan benteng dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itu, al-maghfurlah K.H. Maimoen Zubair menjadikannya sebagai pesan cinta yang diwariskan kepada seluruh warga negara Indonesia.
Produktivitas literasi dari budaya pesantren terus berkembang hingga saat ini dengan terciptanya karya tulis ulama. Berbagai kajian keilmuan yang menjawab pertanyaan umat dengan kredibilitas yang bersumber dari karya ulama salaf ditulis oleh generasi-generasi pembaharu. Selain itu, santri juga telah mampu memasuki dunia sastra Indonesia dengan mengajukan nilai dakwah sebagai produk literasinya.
Tradisi yang telah terbentuk harus dipertahankan oleh generasi selanjutnya agar tidak terdapat ruang hampa pada peradaban yang telah berhasil dibangun oleh para pendahulu. Peran santri telah berevolusi menjadi tugas yang harus diemban dengan rasa tanggung jawab dan pengabdian kepada tanah air. Peradaban Islam tidak boleh stagnan hanya karena problem yang sebenarnya mampu diselesaikan secara nyata. Orasi melek literasi harus digerakkan oleh semua pihak agar peradaban Islam kembali melangkah ke depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI