Pasti kita semua pernah curhat maupun mendengarkan curhatan seseorang. Secara psikologis, curhat dapat membantu kedua belah pihak, baik yang curhat maupun yang mendengarkan. Hal ini menjadikan Curhat secara sadar maupun tidak sadar termasuk proses dari sebuah pertolongan pertama psikologis.Â
Sama halnya dengan pertolongan pertama pada luka fisik, luka batin juga memiliki pertolongan pertama. Menurut WHO, PFA (Psychological First Aid) merupakan salah satu metode penanganan pertama yang bersifat suportif, praktis, dan humanis, yang digunakan untuk membantu orang yang mengalami tekanan karena keadaan krisis atau bencana.Â
Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan dan stress, semakin banyak orang dari berbagai rentang usia mengalami kecemasan berlebih, depresi, dan trauma yang berakibat menimbulkan luka batin. Hasil survei  menemukan sebanyak 70-80%  orang aktif menceritakan kehidupannya di media sosial.Â
Hal ini mengakibatkan banyak orang berkomentar dan memberi saran terhadap permasalahan yang kita hadapi. Saran yang mereka berikan pun belum tentu merupakan sebuah solusi yang tepat. Padahal, luka batin ini bila dibiarkan akan membuat seseorang memiliki gangguan mental sehingga sangat diperlukan adanya dukungan yang tepat baik dari pihak profesional maupun non profesional.
Meskipun kesadaran akan pentingnya pertolongan pertama psikologis telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, masih ada kesenjangan yang signifikan antara kenyataan dan idealisme dalam implementasinya. Kebanyakan dari kita sering kali tidak serius menanggapi curhatan teman, bahkan menjadikannya bahan candaan di tongkrongan.Â
Hal ini bisa saja karena kurangnya kesadaran mengenai perilaku tertentu yang dapat menjadi indikasi bahwa seseorang itu memerlukan pertolongan pertama psikologis. Bahkan jika kita menyadarinya, kita mungkin tidak tahu hal benar yang harus dilakukan untuk memberikan dukungan/saran yang tepat.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, perlu dilakukan peningkatan pemahaman dan keterampilan di masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama psikologis. Hal ini meliputi edukasi/pelatihan  terkait  sikap yang benar ketika mendengarkan curhatan seseorang juga pemberian saran yang baik. Hal ini akan mendukung terciptanya lingkungan yang sehat juga merupakan langkah penting untuk meredam luka batin seseorang.
Kita tahu bahwa kebanyakan orang pasti lebih memilih untuk melakukan curhat kepada teman dan keluarga daripada ke para profesional seperti psikolog. Hal ini karena ada rasa percaya dan nyaman yang lebih kepada teman. Oleh karena itu sebagai pihak non profesional, kita harus meningkatkan diri kita agar dapat memberi pertolongan pertama yang baik.Â
3 cara yang dapat dilakukan adalah mendengarkan, mendukung, dan menghubungkan. Pertama, kita harus mendengarkan dengan seksama sekecil apapun permasalahan yang diceritakan teman kita. Kedua, kita harus memberikan dukungan secara emosional, mencoba untuk mengerti dan  menempatkan diri di posisi teman kita. Ketiga, setelah memahami permasalahan mereka, ada baiknya kita membantu menghubungkan mereka ke pihak profesional untuk mendapatkan saran selanjutnya yang lebih tepat.
Mengatasi luka batin bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan pendekatan yang komprehensif dan dukungan yang tepat dari masyarakat, kita dapat membantu individu yang mengalami masalah kesehatan mental untuk pulih dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Curhat, ketika dilakukan dengan cara yang benar, dapat menjadi salah satu senjata jitu dalam mengatasi luka batin ini.Â
Namun, perlu diingat bahwa curhat hanyalah langkah awal, dan seringkali dibutuhkan bantuan profesional dan pendekatan yang lebih holistik untuk meredam luka batin secara efektif. Pada akhirnya, harus ada kesadaran bahwa sekecil apapun masalah seseorang, tidak boleh disepelekan karena masalah kecil itu yang berpotensi menyebabkan mereka mengalami gangguan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H