2024 benar-benar menjadi tahun politik bagi bangsa Indonesia karena setelah pemilihan Presiden dilaksanakan dengan berbagai dinamika politik yang terjadi serta aktivitas kegiatan politik yang amat mengguncang kalangan masyarakat dan elit politik, saat ini pertengahan 2024 diisi kembali dengan dinamika menjelang pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia secara serentak.Â
Pilkada serentak tahun 2024 direncanakan terjadi pada 27 November 2024 dan akan diikuti sebanyak 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota. Salah satu provinsi yang mendapat perhatian khusus adalah Nusa Tenggara Timur karena gubernur petahana yang juga adalah politisi Partai Nasdem, Viktor Laiskodat tidak mencalonkan diri kembali dan lebih memilih menjadi anggota DPR RI pusat meskipun dengan dinamika politik yang dinilai kurang sportif.Â
Para Petarung Calon Pemimpin NTT
Sejauh ini terdapat banyak sekali calon-calon baik dari independen maupun usungan partai-partai yang sudah menilik lebih jauh untuk bercita-cita menjadi kepala daerah tingkat I di Nusa Tenggara Timur ini namun, sampai dengan saat ini terdapat dua pasang calon kuat yang berasal dari dua koalisi besar.Â
Kedua calon tersebut yaitu yang pertama Melkiades Laka Lena dan Johannes Asadoma yang diusung oleh koalisi Partai Golkar dan beberapa partai lainnya, selain itu juga ada Yohanes Fransiskus Lema atau yang biasa disapa Ansy Lema yang merupakan kader dan politisi PDI Perjuangan juga diusung oleh partai yang sama untuk maju dalam pilkada NTT 2024.Â
Keduanya sudah semakin agresif dalam proses memenangkan hati masyarakat NTT misalnya dengan blusukan dan beberapa program sosialisasi yang mereka lakukan secara masif di beberapa wilayah Nusa Tenggara Timur.Â
Mereka juga berpartisipasi dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial budaya agama yang ada Misalnya saja seperti Pentahbisan Uskup Agung Ende beberapa minggu lalu yang terjadi di Ende dan kegiatan sosial budaya lainnya.
Sepucuk Harapan Masyarakat
Masyarakat Nusa Tenggara Timur saat ini masih memiliki banyak masalah dalam hal infrastruktur pembangunan fisik maupun non fisik sehingga masyarakat menginginkan pemimpin selanjutnya yang dapat merealisasikan program-program yang berkaitan dengan infrastruktur.Â
Banyak yang menilai juga bahwa sistematika dalam proses politik yang terjadi di Nusa Tenggara Timur itu harus lebih diperbaiki lagi, tentu juga dalam hal birokrasi, proses pelayanan publik yang harus lebih dipermudah bagi kelompok masyarakat kecil.Â
Masyarakat Nusa Tenggara Timur juga lebih menginginkan pemimpin yang Humanis artinya mengedepankan pelayanan kepada masyarakat secara nyata tanpa perlu merendahkan, Â mengata-ngatai, bahkan menghina masyarakatnya sendiri seperti yang digambarkan Gubernur Nusa Tenggara Timur pada kepemimpinan sebelumnya.Â