Mohon tunggu...
Maurel Radinka
Maurel Radinka Mohon Tunggu... Lainnya - Ilmu Komunikasi UAJY '19

semoga apa yang aku tulis bisa membantu!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplomasi Publik: Runtuhnya Gedung WTC dan Kaitannya dengan Teroris

3 Oktober 2020   13:48 Diperbarui: 3 Oktober 2020   13:57 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum kita masuk pada inti pembahasan, sebenarnya apa sih arti dari diplomasi publik sendiri? Diplomasi publik adalah salah satu cara untuk membangun sebuah hubungan antar negara dengan cara memahami kebutuhan, mengkomunikasikan pandangan dan membenarkan mispersepsi diantara masyarakat internasional. Saat ini penyebaran informasi yang terjadi di dunia semkin cepat dan serentak dilihat dari meningkatnya perjalanan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang secara tidak langsung bisa menumbuhkan rasa peduli di antara orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda. Namun sebaliknya, mispersepsi dan pandangan yang dinilai kurang benar sering terjadi antara masyarakat termasuk umat ber-agama dan bangsa (Sudiaman, 2016).  Istilah ini sendiri pertama kali dicetuskan oleh Dean Edmund Guillon dari Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University pada tahun 1965. Menurut Department of State USA, diplomasi publik diartikan sebagai salah satu program dari pemerintah untuk menginformasikan atau mempengaruhi opini publik dari negara lain dengan dukungan dari publikasi, film, pertukaran kebudayaan dan juga media massa elektronik seperti radio dan televisi (Mehrunisa, 2017).

Salah satu bentuk contoh dari diplomasi publik bisa dilihat dari kasus serangan Gedung WTC (World Trade Center) di kota New York. Serangan ini lebih dikenal sebagai serangan 9/11 telah menewaskan sekitar 2.977 orang. Serangan ini terjadi disebabkan oleh 19 orang yang membajak 4 pesawat komersial milik AS yang sedang mengangkut bahan bakar. 2 dari 4 pesawat yang dibajak oleh teroris ini menabrak gedung WTC dan menewaskan 2.753 orang dan rata-rata korbannya adalah laki-laki (Haryanto, 2020). Dari kejadian ini demokrasi semakin terkikis dan menyebarkan pula radikalisasi di seluruh dunia. Di Timur Tengah, perang melawan terror justru meningkatkan regional Iran dan memupuk kebangkitan ISIS. Opini publik pun digiring oleh media massa dan setiap masyarakat dari semua belahan dunia menyampaikan pendapat mereka. Beberapa minggu setelah peristiwa 9/11 pemerintahan Presiden AS George W. Bush, telah berhasil melumpuhkan Al-Qaeda serta menggulungkan pemerintahan Taliban. Lalu pada tahun 2011 saat masa pemerintahan Presiden Barack Obama, pasukan AS berhasil menemukan dan membunuh Osama bin Laden yakni pemimpin sekaligus dalang dari peristiwa 9/11. 

Dari sini langsung muncul persepsi negatif bahwa semua orang yang beragama Muslim adalah teroris. Banyak pandangan yang mengidentikkan Islam dengan kekerasan. Maka dari itu Indonesia sebagai negara dengan mayoritas agama Muslim terbanyak di dunia berkepentingan dengan isu stereotype negatif yang terjadi disekitar masyarakat. Untuk mencegah terjadinya benturan peradaban atau lebih dikenal sebagai clash of civilitation, yang terjadi karena adanya kesalahpahaman dari kedua individu maupun kelompok maka perlu diselenggarakan pertemuan diadakan kegiatan kerjasama lintas agama yang memiliki kepentingan mengenai kasus ini baik di dalam maupun luar negri. Dari sini akan meminimalisir mispersepsi dan pandangan negatif dari orang-orang yang berpikir bahwa setiap orang yang beragama Muslim adalah teroris. Sejak peristiwa 9/11, umat muslim mendapat pelecehan dan juga kekesaran di AS. Di negara barat, Muslim lebih dikenal sebagai musuh publik yang paling mencolok. Bahkan seminggu setelah dilantiknya Presiden Donald Trump, beliau memenuhi janji kampanyenya dengan menandatangani "larangan muslim" yang dibuat untuk mencegah 6 negara dengan mayoritas muslim masuk ke wilayah AS (Larasati, 2020).

DAFTAR PUSTAKA
Mehrunisa, W. B. (2017, September 1). Apa yang dimaksud dengan diplomasi publik? Dictio.id. Diakses dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-diplomasi-publik/10373
Sudiaman, M. (2016, Mei 26). Diplomasi publik (1). Republika.co.id. Diakses dari https://republika.co.id/berita/kolom/resonansi/16/05/25/o7qnio319-diplomasi-publik-1  
Haryanto, A. (2020, September 12). Mengenang tragedi serangan 11 September atau 9/11. Tirto.id. Diakses dari https://tirto.id/mengenang-tragedi-serangan-11-september-atau-911-f4fQ
Larasati, A. (2020, September 11). Peristiwa 9/11: terorisme, islamophobia, dan perang tanpa akhir. Diakses dari https://www.matamatapolitik.com/historical-peristiwa-9-11-terorisme-islamofobia-dan-perang-tanpa-akhir/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun