Kebijakan-kebijakan pemerintah di tengah pandemi banyak menuai kontra. Setiap narasi yang kontra hadir tanpa solusi. Kalaupun diikuti dengan solusi, pasti juga simalakama. Tidak ada solusi tanpa  impact lain.Â
Bagi saya, kebijakan pemerintah saat ini perlu didukung penuh sambil mendorong pemerintah untuk tetap membuat dan menerapkan jaring pengaman sosial. Tentu negara tidak akan mampu jika yang berjuang hanyalah pemerintah semata. Karena itu, setiap warga negara harusnya mau berjibaku dengan cara bergotong-royong membantu sesama anak bangsa.
Beberapa kalangan anak muda, komunitas, public figure dari dunia seni, telah memperlihatkan semangat bela negara. Mereka menyantuni orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dengan cara mereka sendiri. Semangat persaudaraan dikemas dalam bingkisan kotak makan yang dibagikan kepada saudara-saudara kita yang menjalani isolasi mandiri. Ini Indonesiaku.
Namun tak dapat dipungkiri masih banyak suara sumbang yang mengatasnamakan demokrasi mengeritik tanpa memberi solusi, bertanya tanpa memikirkan jawaban. Lantas apa yang bisa diharapkan kalau bukan sekedar mencari sensasi dan intrik belaka. Apalagi yang melakukannya dari kalangan politisi yang senang sekali mengail di air keruh.
Btw, kita sedang mengalami disrupsi nilai kemanusiaan. Kejujuran secara perlahan mulai hilang. Banyak di antara kita yang tidak mau mengatakan secara jujur tentang apapun yang sedang terjadi dan bagaimana seharusnya dilakukan. Rumkit yang diduga mengcovidkan pasien. Satgas covid yang diduga mengcovidkan pelaku perjalanan. Pelaporan data ganda penerima bansos entah dengan tujuan apa. Koruptor makin diberantas kian bertumbuh. Keadilan makin dicari kian menghilang. Lembaga-lembaga penegakan hukum yang dianggap bisa berlaku adil, cenderung miring. Bansos-bansos ditilap di tengah jalan sebagaian tak sampai pada sasaran. Edan memang.
Suatu saat kita akan mengarah pada ketidakpercayaan secara kolektif terhadap sistem yang konvensional saat ini. Kondisi ini akan memicu disintegrasi dan muncullah perpecahan baik secara horizontal (sesama anak bangsa) maupun terang-terangan secara vertikal (kepada penguasa).
Pada akhirnya, implan chip mungkin saja bisa terjadi jika kejujuran makin langka di seluruh negeri. Katakanlah misalnya dana bansos supaya bisa langsung ke tangan penerima maka diperlukan sistem distribusi yang baru. Sistem yang bisa mengontrol semua orang, apakah masih aktif (hidup) atau sebaliknya (mati) agar tidak ada pendobelan data penerima bansos, atau bansos diberikan kepada orang yang sudah tiada yang ujungnya ditilap ke saku petugas distributor.
Kita sedang mengarah pada generasi Z, era digitalisasi. Implan chip bisa saja terjadi kalau sudah tidak ada lagi sistem kontrol yang dapat diandalkan. Sebaliknya implan chip tidak akan pernah terjadi jika manusia masih memiki karakter dan keadaban moral sesuai tuntunan budaya dan kepercayaan religi.
Implan chip seringkali dikaitkan dengan mitologi Kristen tentang gambaran akhir zaman. Hal ini juga banyak dibahas pada ruang-ruang eksatologi. Bagi saya, semua itu akan tergenapi jika adanya kesemrawutan umat manusia yang tidak lagi berpedoman pada iman kepercayaan serta nilai-nilai kemanusiaan. Saya tidak sedang menafikan nubuatan yang akan terjadi tetapi menggambarkan pemicunya. Jika kehidupan kita seolah kembali pada zaman Babelonia maka kita sedang mempercepat nubuatan itu tergenapi.
Lalu, apakah vaksin covid saat ini adalah bagian dari penggenapan itu yang secara paralel ada microchip yang terintegrasi saat disuntikan ke dalam tubuh manusia? Mari kita bertanya pada diri kita sendiri; bertanya pada keluarga inti kita, masihkah kita menjalani kehidupan ini secara benar sesuai tuntunan iman?Â
Bukankah surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika telah menjelaskan hal-hal yang diragukan setakad ini? Bahwa kedatangan Antikris dimulai dengan kedurhakaan dan kelaliman, juga kemurtadan secara meluas di seluruh dunia selanjuntnya diikuti dengan pengangkatan orang-orang percaya yang setia dan sungguh-sungguh beriman. Peristiwa ini akan terjadi sebelum berkuasanya antikris. Sekali lagi peristiwa kedurhakaan, kemurtadan dan pengangkatan lebih dulu terjadi sebelum antikris berkuasa barulah kita masuk dalam masa kesengsaraan.