Ini semua gara-gara bekerja di bidang media. Satu tahun yang lalu aku hanya seorang reporter biasa. Lama-kelamaan, perusahaan tempatku bekerja menuntut lebih dari sekedar menulis berita. Banyamau. Mereka menginginkan aku menjadi seorang editor. Mau gimana lagi, itu sudah menjadi risiko pekerjaan, ucapku dalam hati mencoba menenangkan diri.
Sungguh, aku tidak tahu-menahu bagaimana mekanisme bekerja sebagai seorang editor. Itu terjadi hingga sekarang. Kata sejumlah orang, tenang, ini masih proses. Aku pun mengamini.
Lantas, aku mulai berpikir bahwa menjadi seorang editor harus pandai membuat judul. Karena banyak pandangan, selain teras berita, judul dianggap wujud yang paling sakral dalam mengundang minat baca. Tegur jika salah.
Entah benar atau salah, aku memulai latihan ini dengan menulis ulang judul berita yang aku temukan di koran. Namun, sedikit banyak, formula yang ingin kuketahui ialah tentang media daring.
Ke mana aku pergi, aku selalu membaca buku tulis kecil untuk mencatat judul. Terdapat puluhan judul yang berhasil aku tulis. Merasa puas, aku pun mulai membaca kembali.
Beranjak dari sana, aku berpikiran untuk mengubah judul-judul tersebut menjadi judul, yang aku pikir cocok dengan berita online.
Misal, judul: Satu Penyerang Diringkus, sub: Bentrok Berdarah di Palaran yang Tewaskan Warga.
Judul versiku: Satu Warga Tewas Akibat Bentrok Berdarah di Palaran.
Kira-kira, seperti itu metode yang aku terapkan dalam permasalahan ini. Aku mencobanya terhadap semua judul yang aku temukan, hitung-hitung ada 20 judul lebih. Kenapa begitu? Aku berpendapat, ketika menulis judul di koran, kita punya banyak ruang untuk menentukan headline apa yang akan dikemukakan, lantaran inti masalah dapat diterangkan pada sub judul.
Berbeda dengan berita daring, menurutku, penulisan judul lebih dari 10 kata merupakan langkah buruk untuk menginformasikan sesuatu kepada pembaca.