Era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, banyak penggunaan media sebagai salah satu sarananya. Misalnya saja televisi yang berfungsi sebagai sarana memperoleh informasi, media edukasi, kontrol sosial, hiburan, dan sarana penghubung. Namun, dapat kita lihat saat ini banyak stasiun televisi yang juga memasukkan unsur kepentingan tertentu di dalamnya.Â
Terlebih para pemilik (konglomerat) media tersebut beberapa diantaranya juga terjun ke dunia politik. Hal ini menyebabkan berbagai stasiun televisi saling bersaing demi mencapai kepentingan masing-masing. Adanya persaingan media pada industri televisi membuat sebagian besar konglomerat media melakukan berbagai cara untuk memenuhi kepentingan tertentu.
Beberapa konglomerat media yang dimaksud misalnya Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Dimana Metro TV dibawahi oleh Surya Paloh dan TV One oleh Aburizal Bakrie. Kedua stasiun televisi tersebut dapat dikatakan saling bersaing demi mengejar kepentingan masing-masing. Hal ini karena pemilik dari kedua stasiun televisi tersebut, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie terjun dan berasal dari partai politik. Seperti diketahui bahwa politik selalu lekat dengan kepentingan. Begitupun dengan masalah yang akan dibahas berikut ini.
Ambil saja contoh pada Pemilu tahun 2014. Pada pemberitaan kedua stasiun televisi tersebut, hasil penghitungan quick count menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masing stasiun televisi. Metro TV menampilkan hasil quick count bahwa pasangan Joko Widodo-Yusuf Kalla lebih unggul dibandingkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Begitupun sebaliknya, TV One menampilkan hasil quick count bahwa pasangan Prabowo-Hatta Rajasa lebih unggul dibandingkan pasangan Joko Widodo-Yusuf Kalla. Masyarakat telah dibuat bingung dengan perbedaan hasil diantara kedua stasiun tv tersebut.
Metro TV yang cenderung mendukung Jokowi-JK menggunakan data dari LSI, sedangkan TV One menggunakan data dari LSN dan JSI. Hasilnya, saat berita ini dibuat, hasil exit poll di Metro TV menunjukkan keunggulan Jokowi-JK 3% di atas Prabowo-Hatta. Sedangkan exit poll TV One menunjukkan hasil sebaliknya yaitu keunggulan Prabowo-Hatta. Perbedaan hasil quick count 9 Juli 2014 mungkin dikarenakan ada kepentingan politik, TV ONE pro terhadap Prabowo sedangkan Metro TV pro terhadap Jokowi. Hal ini memiliki dampak antara lain menimbulkan opini publik, menimbulkan kebingungan karena ketidakakuratan data terkait Pemilu 2014 tersebut, dll.
Jadi, untuk menyikapi permasalahan di atas sebaiknya, masyarakat harus lebih bijak dalam menerima setiap informasi yang disampaikan oleh media, masyarakat juga diminta untuk tidak menerima begitu saja terhadap informasi yang masih meragukan, memilahnya, dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang disampaikan media, harus mampu memfilter baik dan buruknya setiap informasi yang diberikan, serta ada baiknya jika masyarakat lebih mempercayai informasi dari sumber yang jelas dan terpercaya. Lalu, menegaskan lagi aturan undang-undang mengenai penyiaran, dimana dalam siaran berita harus mengutamakan keakuratan dan keobjektifan serta netral dalam memberitakan.
Referensi:
Budianto, Heri & Farid Hamid. 2011. Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana.
Nama         : Maulisa Rosanabila
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 07031181520062
Program Studi  : Ilmu Komunikasi FISIP Unsri