Saat malam tiba dan orang-orang biasanya sudah terlelap nyaman dalam tidurnya. Dia, di sudut labirin mini masih asik bertengkar hebat dengan pikiran dan dirinya sendiri. Suara-suara yang tak bersuara, tangis dalam jiwanya penuh yang tak ada seorang pun dapat melihatnya. Entah apa sebenarnya yang membuat dia terus saja mengganggu pikiran dan dirinya sehingga kadang dia tidak sadar bahwa perkara itu bisa saja mematikannya perlahan.
Hal sederhana kadang dia buat rumit. Sesuatu yang sama sekali tidak untuk dipermasalahkan dia buat jadi masalah. Dan perkara suatu hal yang dia lakukan kadang harus mengikuti kadar sukanya 0rang lain. Orang-orang yang mungkin hanya diam dia lihat seperti sedang riuh membicarakan banyak hal buruk tentang dirinya. Walaupun terkadang yang satu ini memang benar adanya. Perihal keburukan orang lain, manusia seringkali tidak sadar diri.
Dia yang masih menyendiri di sudut labirinnya tersiksa. Tersiksa yang tidak ada batasnya. Kadang hampa dirasa saat tidak bergelut dengan rutinitasnya, saat rutinitas tiap malamnya itu tidak menemaninya. Padahal jika ditanya apa sih yang dia dapatkan dari pikirannya yang super berlebihan itu? Enggak ada, enggak ada sama s`kali. Hanya buang-buang waktu dan membuat dia menyiksa dirinya sendiri tanpa henti.
Namun perlahan kini rutinitas yang memang harus tuntas itu sudah mulai dia tinggalkan. Dia mencoba berdamai dengan banyak hal yang ada di dalamnya. Ketika sang surya yang megah datang dari peraduannya, dia mencoba memulai hari yang bahagia. Detik dan menit yang merdeka. Hati dan pikiran yang tak terpenjara. Jiwanya kini memang benar-benar sudah terbebas, tak lagi lara. Dia sudah benar-benar selesai dengan dirinya.
Dia sadar bahwa banyak hal yang memang seharusnya enggak jadi masalah di hidup ini. Banyak hal yang memang harusnya  di-enggak apa-apain. It`s ok.Â
Enggak apa-apa kalau harus melakukan hal yang orang lain enggak suka dari kita. Enggak apa-apa kalaupun harus menangis. Enggak apa-apa kalau memang harus dijelek-jelekkan. Selama yang mereka lontarkan dari mulutnya itu tidak benar mengapa harus dipermasalahkan? Dan bukannya untuk membuktikan itu juga percuma? Membuktikan diri kita bahwa kita yang sebenarnya itu bagaimana dan seperti apa, ya enggak ada pengaruhnya. Karena orang yang memang membenci kita akan tetap memandang kita buruk. Namun orang yang memang tahu kita, orang-orang yang memang mencintai kita akan tetap memandang kita begitu berharga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H