Purwodadi, Grobogan, dalam rangka memenuhi program kerja peningkatan moderasi beragama. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya para mahasiswa untuk memahami lebih dalam tentang proses peribadatan umat Katolik dan mempererat hubungan antar umat beragama.Kunjungan ini disambut baik oleh pihak Gereja Katolik Purwodadi. Para mahasiswa diberikan kesempatan untuk menyaksikan langsung proses misa Minggu pagi yang berlangsung khidmat. Setelah ibadah selesai, mahasiswa KKN MB melanjutkan kegiatan dengan melakukan wawancara Bersama Romo Emanuel Nuah MSF (Romo Gereja Katolik) terkait praktik keagamaan serta peran gereja dalam kehidupan masyarakat.
Pada hari Minggu, 22 September 2024, sejumlah mahasiswa KKN 113 dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus melakukan kunjungan ke Gereja Katolik "Hati Yesus yang Maha Kudus" terletak di Jalan Jendral Sudirman 8/15ADi dalam Gereja terdapat gambar-gambar yang merupakan  proses jalan Salib, yang dimulai dari Yesus dihukum mati, Yesus memanggul salib, Yesus jatuh pertama kali, Yesus bertemu dengan Ibu-Nya, Simon kirene  menolong Yesus, Veronica mengusap wajah Yesus, Yesus jatuh kedua kali, Yesus menghibur para wanita, Yesus jatuh ketiga kali, Pakaian Yesus ditanggalkan, Yesus dipaku di kayu Salib, Yesus wafat di Kayu Salib, Yesus di turunkan dari Salib, dan yang terakhir Yesus di Makamkan
"Di Gereja Kristen ketika beribadah hanya ada salib saja, sedangkan di Gereja Katolik ada salib dan Korpus-Nya, apa yang menjadi perbedaan antara salib yang ada Korpus-Nya dan yang tidak ada Korpus-Nya? " Ujar Rissalatul Maulida (Ketua KKN)
"Jadi, orang Katolik menyakini bahwa pada salib ada pengorbanan Yesus disitu, sedangkan kalo di Kristen itu ada pemahaman tersendiri. Di Gereja Kristen itu mempertahankan kitab Suci, Kitab suci tersebut merupakan segala-galanya buat mereka. Di Gereja Katolik itu ada kitab suci, ada magesterium (pengejaran para bapak Gereja). maka, selain menaati kitab suci ada Bapak Gereja yang senantiasa memberikan penegasan supaya penegasan yang jelas." Terang Emanuel Nuah, MFS (Romo Gereja Katolik)
Di Gereja Katolik tidak bisa membangun Gereja kalau tanpa persyaratan yang baik, salah satunya jumlah jemaat. Di Purwodadi tidak mungkin membangun Gereja sebesar ini kalau jumlah jemaat tidak sampai 1.000 oraang.
Dan setiap kali masuk Gereja Katolik pasti ada air suci yang menandakan bahwa orang tersebut diberkati oleh Tuhan. Maka akan menyelupkan tangannya ke air suci tersebut dan membuat salib diantara dahi dada dan kanan kiri pundak, menandakan bahwa mereka sudah suci." Terang Emanuel Nuah, MFS (Romo Gereja Katolik)
Yang mana Orang Katolik ketika masuk Gereja ada yang berlutut dan menundukkan kepala karena di depan sakral Yang Maha Kudus. Maka lampunya menyala, tetapi jika lampunya mati maka itu kosong dan dipindahkan disebelah. Maka dengan hal tersebut mereka ketika masuk Gereja selalu berlutut dan menundukkan kepala.
Risa selaku ketua KKN juga menyampaikan kesan positifnya terhadap kegiatan ini. "Kunjungan ini memberi saya dan teman-teman wawasan baru tentang bagaimana umat Katolik beribadah. Ini penting untuk kami sebagai mahasiswa yang belajar tentang keberagaman," Ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam mempromosikan moderasi beragama di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas, mengingat pentingnya saling memahami dan menghargai perbedaan keyakinan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penulis : Rissalatul Maulida (Ketua KKN IAIN Kudus 113)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H