Mohon tunggu...
Maulina Silvia
Maulina Silvia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Biologi 2023 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Melawan Stigma dan Meningkatkan Kesadaran: Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Tantangan Hidup

27 Oktober 2023   19:37 Diperbarui: 27 Oktober 2023   23:19 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para korban mental disorder memiliki kecenderungan untuk memendam permasalahan yang mereka alami sendirian tanpa meminta pertolongan kepada siapapun, atau mereka sudah meminta pertolongan tetapi mereka tidak menerima pertolongan yang mereka butuhkan. Bukan berarti pasrah dengan apa yang mereka alami, korban dari mental disorder cenderung tidak mau untuk terbuka dikarenakan pengalaman mereka di mana ketika mereka sedang bercerita tetapi malah disepelekan. Namun, terkadang terdapat situasi di mana seseorang yang mengalami gangguan mental tidak memiliki keberanian untuk menceritakan permasalahannya kepada orang lain, bahkan ke psikiater. Bagi kalian yang merasa sedang dalam pusaran kehidupan seperti itu, pengobatan secara mandiri dapat menjadi salah satu alternatif pilihan. Para korban pengidap mental disorder dapat mencoba berbagai cara untuk melakukan pengobatan secara mandiri, misalnya dengan cara meditasi. 

Korban dari mental disorder seringkali mengalami luapan emosi yang berlebih dan pikiran negatif yang muncul ketika sedang depresi, sehingga meditasi bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menenangkan emosi dan pikiran negatif dari sang korban. Selain dengan cara meditasi, para korban pengidap mental disorder dapat mencoba cara lain seperti menulis buku harian mengenai kehidupan sehari-hari, melakukan hal baru yang menyenangkan, menekuni hobi yang dimiliki, atau melakukan kegiatan yang sekiranya dapat mengalihkan pikiran dari permasalahan yang sedang dialami sang korban. Bagi mereka yang sering merasa stress atau terdistraksi dari dunia luar, maka detoks sosial media bisa menjadi cara yang cukup ampuh untuk menghilangkan rasa stress yang mereka alami. Dengan detoks media sosial, korban bisa mengurangi interaksi dengan dunia maya yang membuat mereka tidak akan terdistraksi dengan lingkungan luar sehingga akan mengurangi risiko korban mengalami stress. Jika usaha-usaha untuk pengobatan mental secara mandiri masih kurang efektif, maka para korban dapat meminta bantuan kepada psikolog untuk membantu pengawasan dan pengarahan terhadap kesehatan mental sang korban.

Sebagai orang yang berada di sekeliling korban, kita harus menempatkan diri dengan baik dan bijak dalam membantu mereka. Dengan kehadiran kita sebagai orang terdekat mereka, hal itu sudah cukup meringankan beban yang selama ini mereka pikul sendirian. Satu hal yang dirasa paling dibutuhkan bagi mereka para pengidap mental disorder adalah sosok yang bisa dianggap sebagai 'rumah', terutama bagi mereka yang merasa asing di rumah sendiri. Para korban yang merasa diasingkan di rumah cenderung akan mencari seseorang yang bisa mereka anggap sebagai 'rumah', sosok yang bisa membuat mereka nyaman seperti berada di rumah sendiri, sosok yang bisa membuat mereka hidup lepas tanpa tekanan dengan menjadi diri mereka sendiri, dan itu menjadi tugas kita sebagai orang terdekat bagi mereka untuk berusaha menyediakan tempat yang nyaman bagi mereka untuk bercerita. 

Meningkatnya kasus mental disorder membuat kita harus lebih membuka mata terhadap orang-orang di sekitar kita. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, kita juga tidak tahu apakah seseorang sedang mengalami gangguan mental atau tidak. Maka dari itu, diperlukan kesadaran lebih bagi kita mengenai masalah mental disorder sebagai upaya untuk membantu mereka para korban dari mental disorder. Sebagai bentuk dari kesadaran kita, mulailah untuk sedikit memperhatikan dan peduli dengan orang-orang di sekitar seperti saudara, teman, dan orang yang kita sayangi. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan kecuali kita mencoba untuk memahami mereka. Pastinya, kita tidak akan mau kehilangan orang yang kita sayangi dikarenakan mental disorder,  bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun