Mohon tunggu...
aghnia ilmaul
aghnia ilmaul Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

hidup seperti larry

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Menyaring Budaya bagi Masyarakat Milenial

5 Mei 2020   19:18 Diperbarui: 5 Mei 2020   19:24 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dalam videonya ibu ini menirukan anjing yang menggonggong (tiktok: kusumaarianiputri

Dewasa ini masyarakat Indonesia baik ratusan negara lainnya sedang dilanda wabah virus Corona (Covid-19) yang menyebabkan berbagai dampak kerugian yang dialami hampir seluruh lapisan masyarakat. Virus yang awalnya tersebar dari Kota Wuhan di China ini setidaknya telah membuat kegiatan perekonomian, pendidikan, kesehatan, transportasi dan sebagainya menjadi terhambat. 

Aktifitas warga yang dibatasi, pemberlakuan physical distancing atau jaga jarak fisik dengan warga lainnya, kemudian larangan berkumpul dengan banyak orang, bahkan pembatasan transportasi umum yang menjadi kebutuhan bagi warga. Seluruh masyarakat lebih dianjurkan dan memperketat dalam menjaga kebersihan maupun kesehatan yaitu dengan membiasakan cuci tangan dan wajib menggunakan masker ketika keluar rumah. Pemerintah juga sangat menganjurkan agar masyarakat tetap berada dirumah masing-masing agar penyebaran virus Corona ini dapat segera berhenti dan semua kegiatan negara dapat dilaksanakan lagi dengan normal.

Dengan adanya pembatasan aktifitas masyarakat diluar rumah ini mengharuskan semua kegiatan seperti pendidikan bahkan perekonomian tetap berjalan karena, bagaimanapun masyarakat Indonesia membutuhkan bahan pangan untuk menghidupi keluarga dan juga pendidikan dari sekolah maupun kampus yang sebenarnya masih bisa diakses di rumah masing-masing melalui media sosial atau aplikasi online lainnya. 

Adanya dampak dari virus Covid-19 ini yang sangat besar bagi Indonesia ini begitu membuat masyarakat semakin sering menggunakan aplikasi atau jaringan online dengan menggunakan gadget maupun smartphone untuk memenuhi kebutuhannya seperti, para pedagang pasar yang menjual dagangannya secara pemesanan online, dosen maupun guru yang mengajar melalui aplikasi zoom maupun classroom yang akan terhubung pada para pelajar.

Kemudian pertemuan-pertemuan yang hanya bisa melalui jaringan, para youtuber yang semakin giat dalam membuat konten karena masyarakat yang di rumah saja juga selalu merasa bosan dan membutuhkan hiburan. Kemudian, media sosial yang semakin ramai karena hampir tiap detik tiap orang mengakses apa yang terjadi di dalamnya.

Adanya masyarakat yang bisa tanpa batas mengakses semua yang ada di media sosial tanpa menyaringnya terlebih dahulu membuat berbagai dampak kepada masyarakat yaitu seperti salah satunya banyak berita hoax yang masuk kemudian budaya luar negeri yang mudah dilihat ataupun diakses. Budaya luar inilah dari masyarakat sebaiknya bisa lebih menyaring dengan melihat situasi maupun budaya dari Indonesia sendiri. 

Walaupun secara realita yang bisa dilihat di dalam masyarakat budaya sendiri luntur bahkan telah dilupakan. Sebagai contoh, banyak anak-anak maupun pelajar yang lebih mengidolakan artis di Korea Selatan hingga mereka sangat terlihat maniak. 

Mengidolakan siapapun tidak dilarang namun, jika sampai menggunakan uang saku dari orang tua untuk mengoleksi barang-barang sang idola yang harganya bisa dibilang tidak murah untuk anak-anak. Inilah dampak dari masuknya budaya luar negeri karena hal tersebut, barang-barang produk dalam negri sendiri menjadi kurang diminati dan membuat anak-anak jaman sekarang menjadi kurang bijak dalam menggunakan internet.

Ada banyak sekali tontonan dari internet maupun media sosial yang dengan secara gamblang memperlihatkan bahwa konten itu tidak layak untuk diperlihatkan terutama pada anak-anak jaman sekarang. Konten para remaja perempuan yang menari namun menggunakan pakaian yang memperlihatkan bagian auratnya guna menarik perhatian, serta banyak lagi contoh video yang dirasa tidak bermanfaat meskipun tujuannya untuk hiburan semata. 

Hal ini semakin memperjelas bahwa masyarakat sedang krisis budaya negara sendiri. Anak-anak SD jaman sekarang yang lebih hafal lagu populer dari luar negeri ketimbang lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia. Sebenarnya peran orang tua maupun masyarakat dewasa di sekitar juga mempengaruhi pengetahuan anak-anak tersebut. 

Para orang tua secara tidak langsung hanya memperkenalkan budaya baru yang masuk atau yang saat ini sedang trending dibanding memperkenalkan anak-anak dengan budaya Indonesia sendiri seperti tembang-tembang Jawa, alat musik daerah seperti Sasando, kemudian berbagai macam pagelaran budaya seperti Ludruk atau wayang juga berbagai macam tarian daerah seperti Tari Topeng dan sebagainya. 

Dari banyaknya anak-anak ini pernah saya menanyakan mengenai pengetahuan mereka tentang lagu daerah mereka, mereka sendiri tidak hafal bahkan tidak mengetahui satu judul pun lagu daerah mereka. Inilah krisis budaya yang mengancam kepunahan budaya daerah di masa depan. Harus ada masyarakat yang sadar bahwa budaya Indonesia harus dilestarikan setidaknya masyarakat atau anak-anak jaman sekarang mengenali budaya daerah sendiri. Maka, akan lebih baik jika masyarakat tetap memeliharanya. terima kasih teman-teman telah membaca tulisan saya kritik serta saran yang membangun sangat dibutuhkan guna memperbaiki penulisan saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun